"Masuk," ucapnya sambil mempersilakan.
Melihat Zyra yang berjalan terpincang-pincang, dia segera menolongnya.
"Ini yang di namakan baik-baik saja?" sindir Gevan.
Zyra tak menolak saat Gevan memapahnya. "Ya emang gue baik-baik aja kok!"
"Yi iming guwi biwik-biwik iji kik." Gevan meniru kata Zyra dengan dibuat-buat.
Sekarang mereka sudah duduk masing-masing. Gevan memperhatikan penampilan Zyra dari atas hingga bawah.
"Jaket tebel, celana super panjang, jalan terpincang-pincang." ucap Gevan sambil mendiskripsikan penampilan Zyra sekarang.
Benar, penampilan Zyra sekarang mirip dikatakan orang yang sedang masuk angin. Sebenarnya dia memang sengaja memakai pakaian itu.
Jika ada seseorang yang melihat kondisi luka-luka di sekujur tubuhnya mungkin akan berteriak histeris, mungkin?
"Satu lagi, itu kenapa wajah di plaster, mana banyak lagi." lanjutnya.
"Y-ya suka-suka gue lah!"
Gevan menghela nafas panjang. "Lo sedang cosplay jadi orang sakit?"
Kepala Zyra menggeleng keras. "Mana ada, ngadi-ngadi lo!"
"Ya terus kenapa bisa gitu?" jujur Gevan sendiri tidak tau apa yang terjadi dengan Zyra.
Mungkin wajahnya mudah di tebak, tapi hatinya tidak akan pernah.
"Kesandung, terus terkilir mungkin." beo Zyra yang jelas-jelas tidak ada kejadian seperti itu.
Gevan mengangguk, "Lalu yang itu?" sambil menunjuk ke arah muka Zyra.
"Jerawat." lirih Zyra.
"Apaaa? suara lo kayak semut, nggak kedengaran."
"JERAWAT!" sungguh sangat tidak masuk akal alasan Zyra kali ini.
"Je-jerawat pfftt buahahahaha, aduh aduh sakit perut gue."
Zyra mengubur rasa malunya dalam-dalam. Tak apa, sabar-sabar. Biarkanlah Gevan menertawainya hari ini.
"Ehm, ehem. Jadi jerawat? pfftt..." Gevan menetralkan suaranya.
"Ya je.ra.wat." ucap Zyra sambil menekankan setiap katanya.
"Lo tau nggak? katanya orang yang tiba-tiba muncul jerawat rumornya sedang di sukai orang!"
Zyra menggeleng, "Hahaha rumornya kebangeten deh." katanya sambil tertawa garing.
"Tapi kalau jerawatnya sebanyak yang lo tutupin, tandanya banyak yang menyukai lo." ujarnya sambil tersenyum.
"Termasuk gue~" lanjutnya sambil berbisik.
Zyra mematung sebentar, sepertinya kebohongan Zyra membawa dampak yang sangat besar ya?
"Cih, omong kosong. " Zyra mana ada percaya dengan begituan. "Lupain tentang itu, kenapa lo kesini?"
"Pak guru ngasih PR, nih salin nanti kalau sudah jangan lupa kembaliin." jelas Gevan kemudian menyodorkan sekantung plastik yang sudah ia bawa sedari tadi. "Dan ini buat lo,"
Zyra mengerutkan keningnya, "Apa itu?"
"Jajan hehe,"
"Astaga, jajan dong?" desah Zyra yang sudah tidak mengerti lagi. "Lo mau apa? lo mau bikin hutang budi gue ke lo gitu?"
"Ya ampun, kakak cantik ini suka sekali berprasangka buruk sih?" mendengar itu Zyra tersenyum masam.
"Gue kasih ini buat nemenin saat lo belajar, suer deh gue ikhlas banget ngasih ini." lanjut Gevan.
"Iya-iya, makasih. Lain kali nggak usah."
Gevan hanya mengangguk untuk menanggapi hal itu. "Tadi gue ketemu Alvaro, sama bundanya."
"Oh, terus?" jawab Zyra yang tak minat.
Gevan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya nggak ada sih, spontan aja gue ucapin itu."
Jdarrrr! Zrashhh tiba-tiba petir menyambar, awan mulai kembali menggelap. Hujan deras turun kembali. "Kalau gitu gue pulang dulu,"
Zyra yang hendak berdiri tak jadi, karena larangan dari Gevan. "Disitu aja, nggak usah nganterin gue pulang."
"Siapa juga yang mau nganter lo, orang gue mau buang air kecil." sinis Zyra.
Gevan terkekeh, "Iya deh, kalau begitu gue pulang. Kalau perlu bantuan hubungin gue aja oke?"
Tangannya terangkat, entah dorongan apa Gevan berani mengusap kepala Zyra dengan halus. "Dadah kakak cantik~"
Setelah mengatakan itu Gevan lenyap dari pandangan Zyra. Cewek itu mematung. Kepalanya baru saja di usap oleh Gevan, tapi kenapa?
Kenapa dia tidak menepisnya sih?
Kedua tangannya mulai mengusap kasar wajahnya yang banyak plaster menempelkannya. Entah bagimana ekspresi wajah Zyra sekarang, karena dia berhasil menutupi dengan kedua tangannya.
Namun tidak dengan telinganya yang memerah.
***
Hacih hidungnya terus digesekan hingga memerah. Baju yang agak basah membuat tubuhnya menggigil kedinginan.
"Ma, aku pulang."
Tssst tsstt baju yang basah membuat lantai-lantai yang semula kering kini menjadi yang sebaliknya.
"Kamu, kenapa hujan-hujanan gitu astaga," panik Linda melihat anak laki-lakinya.
"Emm rumah udah deket, repot Ma kalau pakai jas hujan segala." balas Gevan dengan enteng.
Dengan cepat Linda menyerahkan handuk kepada Gevan. "Astaga kalau kamu demam gimana? Cepat keringin itu, nanti mama buatkan sup hangat."
"Oke-oke, santai mamaku yang cantik. Anak laki-laki mu ini tidak akan sakit haha."
"Jangan bilang begitu, cepat kesana." sambil mendorong-dorong lengan Gevan agar cepat-cepat membereskan badan yang basah kuyup.
Kenapa bisa begitu?
Saat hendak pulang selepas dari rumah Zyra, hujan turun dengan deras. Gevan yang malas untuk memakai jas hujan langsung menerobos saja.
"Ah rumah deket, ngapain pake jas hujan."
Tak tau saja, akibat itu esoknya dia demam, sambil merengek-rengek memanggil mama-nya dan papa-nya.
***