3. Kehidupan Jefan

200 62 21
                                    

Hari ini adalah hari yang bisa dibilang hari yang sangat membuat banjir air mata, hari ini Jefan datang ke rumah temannya, lebih tepatnya ke rumah kedua orang tuanya karena Sherlin, sahabat dan cinta pertama Jefan telah tiada 3 tahun yang lalu.

Jefan seharian mengurung diri di kamar, saat di rumah Sherlin tadi, orang tuanya memberikan sebuah kotak yang mereka temukan di kamar mendiang anaknya itu.

Kotak itu berisi foto Jefan, Sherlin dan..... Rezan

Ya mereka bertiga dulunya adalah teman, kemana-mana pasti mereka bersama, setiap Sherlin menginginkan sesuatu, kalau Jefan tidak bisa maka Rezan yang akan memenuhinya begitu pula sebaliknya.

Selain foto, di dalam kotak yang memang dikhususkan untuk Jefan dan Rezan, ada 2 surat untuk Jefan dan Rezan, Jefan mengambil miliknya dan mulai membacanya.

Hai kak Jefan, apa kabar? Karena aku lagi pengen baik, kali ini dengan tulus aku bakal panggil anda dengan sebutan kak.

Kak, kalo kakak udah baca surat ini, berarti Sherlin yang cantik ini udah pergi dari dunia ini, udah gak bisa ketemu kak Jefan sama kak Rezan lagi.

Di surat ini aku gak bisa nulis sampe berlembar-lembar, cuman aku mau ngasih tau kalo sebenernya selama ini aku sakit gagal ginjal stadium akhir, kalian pasti gak tau karena orang tua aku sendiri pun gak tau.

Kak, aku suka sama kakak, tapi kalo aku ungkapin pasti aku, kak Jefan sama kak Rezan bakal jadi canggung dan saling gak nyaman.

Kak, tolong lupain semua tentang aku, aku punya temen namanya kak Yana, dia cantik, baik walau minusnya agak bar-bar dikit, kalo kakak tertarik bisa tanya sama bunda alamatnya dimana.

Aku waktu itu memang diculik, iya aku sampe masuk rumah sakit, tapi semua itu bukan karena aku sendirian, aku yang emang gak bisa ngelawan karena pinggang aku sakit banget, jadi ya akhirnya ditangkep sama om om jelek itu.

Btw, aku nulis ini pas udah sekarat di rumah sakit tau, gimana? Aku keren kan, walau di detik-detik terakhir.

Selamat tinggal kak Jef, sampein juga sama kak Rez, cepet-cepet cari pacar sana, nanti jadi bujangan sampe tua lho hehe....

Jefan menangis tersedu-sedu, ia sangat menyesal kenapa selama ini ia tidak bisa menjaga orang yang dia sayang, bahkan penyakitnya saja Jefan tidak tau.

"Lo itu selalu keren, Sher."

"Sampe kapanpun, mungkin gue gak bisa lupain lo."

"Bahagia kan lo pasti bisa bikin gue galau gini?"

"Lo gak ngomong gini pun gue sama Rezan udah musuhan sekarang, mungkin selamanya."

Laura, mama Jefan masuk ke dalam kamar, Jefan dengan segera mengusap air matanya.

"Jef, kamu nangis, kenapa?" Laura duduk di sebelah Jefan.

"Gak kok ma, Jefan gak nangis."

"Kamu itu gak bisa bohong sama mama, ayo cerita."

Jefan memeluk ibunya erat, "Ma, apa Sherlin bahagia dengan kepergian yang kayak gitu?"

Laura menghela napas, ternyata karena masalah ini, "Sherlin itu anak nya baik banget, cantik, pinter lagi, pasti dia bahagia"

"Kalo Sherlin bahagia kenapa Jefan gak ngerasain ma, dulu kalo Sherlin bahagia Jefan pasti juga."

Laura menatap sendu anaknya "Itu karena kamu belum mengikhlaskan, udah 3 tahun berlalu Jefan."

"Susah ma, Jefan gak bisa."

Jefan AzlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang