14. Ritual Malam Hari

139 47 11
                                        

Jangan lupa follow ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow ^^

!!Typo masih bersebaran!!

Malam hari pun tiba, semua kelompok diberikan tugas untuk mencari kayu bakar yang akan digunakan untuk membuat api unggun.

Jefan and the gang sedang mencari kayu bakar di hutan.

"Bang, kok gelap ya? Gue takut nih." Kenan terus saja menempel pada Gilang.

"Cemen lo, ini yang katanya lakik?" Bastian mengambil beberapa kayu bakar.

Tadi guru nya memerintahkan untuk mengambil kayu yang panjangnya dikira-kira 1 meter.

Jefan yang hendak mengambil kayu bakar di tanah jadi memperhatikan Elang yang malah jongkok di depannya.

"Jangan ambil yang ini, Jef! Panjangnya kurang 5 centi, tadi pak Agus kan bilangnya 1 meter."

"YA GAK GITU KONSEPNYA, LANG!" Jefan kelewat kesal dengan temannya itu.

Pantas saja tadi Elang sudah banyak mendatangi kayu-kayu tapi tidak ada yang diambil, orangnya aja sibuk ngukur pake penggaris besi yang panjangnya 50 centi.

Revan melirik ke arah temannya sebentar lalu kembali mengambili kayu bakar di tanah ditemani oleh Ailen.

Jika dibandingkan dengan anggota Dangerous yang masih kelas 10, Revan paling dekat dengan Ailen.

"Len, lo kumpulin yang disana." Revan menunjuk kayu yang berserakan di tanah dengan dagunya.

"Ini kita nyari berapa sih bang?" Ailen sekarang jadi heran, kayu bakar nya udah dapet banyak tapi dari tadi gak berhenti berhenti nyari.

"Kata pak guru tadi minimal 50." Gilang masih sibuk mengambili kayu dan ranting.

"What? Limapuluh?!" Kenan langsung terkejut, ini beneran disuruh nyari 50?

"Lo pada kagak dengerin ya tadi, kan ada yang dipake buat api unggun bersama sama api unggun pribadi."

Jefan dengan seenak jidat meletakkan kayu bakar yang dipegangnya di atas tumpulan kayu yang dipegang Bastian.

"Heh, berat woy!" Bastian menahan kayu bakar yang siap meluncur kapan saja.

Bahkan tangannya untuk melingkari kayunya saja tidak sampai.

"Biar otot lo tambah gede." ujar Jefan tanpa rasa bersalah.

"Jahat sekali anda."

Jefan AzlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang