6. Musuh

140 58 25
                                    

Pagi-pagi sekali Lya sudah bersiap-siap berangkat sekolah, ia melihat pantulan diri-nya di cermin, ia melirik sebuah ikat rambut berwarna hitam "Ini yang Couple an sama temen-temen nih."

Sebagai anak dan teman yang baik, Lya akan memakai ikat rambut di... tangan.

"Samperin Irene dulu gak ya? Gue kabarin dulu aja." Azlya menghentikan aksinya "Tapi, gak usah deh, biar surprize."

Azlya keluar kamar dan menuruni tangga "Ma, aku mau berangkat." tidak ada sahutan "Ma, mama, mama dimana?"

Seorang Art datang menghampiri Lya, Siti namanya "Aduh Non, tadi ibu katanya mau lari sama tetangga, joglang, eh jokling, eh apasih?" Siti jadi bingung sendiri.

"Jogging."

"Nah itu Non."

"Kalo mama udah pulang, bilang aku berangkat."

"Baik, Non"

Lya keluar rumah, sebelum itu ia mengambil kunci mobil karena ia akan menghampiri Irene terlebih dahulu.

Itung-itung ngasih tau orang kalo punya mobil.

*JEFANAZLYA*

"JEFAN!! YAAMPUN NAK, UDAH SIANG INI KAMU GAK BANGUN BANGUN." Laura terus memukuli anaknya menggunakan bantal.

"Mam, sakit tau." keluh Jefan yang akhirnya bangun dari alam mimpi.

"Ini udah jam berapa? Kamu masih aja molor, tuh, ayam tetangga aja bangun jam empat pagi."

"Masa anak mama yang paling ganteng ini disamain kaya ayam sih?" Jefan memajukan bibirnya.

"Terserah mama lah, udah bangun sana, udah siang ini." Laura menarik narik tangan anaknya.

"Iya, jam berapa sih? Masih pagi juga."

"Tuh kamu liat sendiri, udah jam 06.20, masih pagi?"

"Oh, HAH? ENAM DUA PULUH? MAMA KOK GAK BANGUNIN JEF SIH MA?"

"KAMU YANG GAK BANGUN BANGUN." Laura mengambil napas banyak-banyak, untung anaknya, kalo gak pasti udah ia siram dengan air sedari tadi.

Jefan buru-buru bangun dan langsung berlari ke kamar mandi, Laura hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Saat Jefan sedang mandi, Laura berjalan ke lantai bawah, tepatnya ke arah meja makan, disana sudah ada Lian yang menunggu di meja makan sambil menikmati secangkir kopi.

"Kenapa sih, ma? Kok mukanya gitu." tanya Lian kepada istrinya.

"Anak kamu tuh, mas, mas, sifatnya mirip banget kaya kamu." jawab Laura kesal.

Lian yang sudah tau apa yang terjadi hanya menghela napas "Jangan marah marah, ma, mau kamu saya panah?"

"Ya gak boleh lah, emang mama apaan?"

"Boleh kok manah orang."

"Gak boleh lah, mas."

"Ada kok yang boleh."

"Panah apa?"

"Panah cinta, apalagi sama mama, pengen banget saya panah pake itu."

Jefan AzlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang