Sore itu hujan turun, sebagian siswa nekat menerobos hujan agar bisa cepat sampai rumah, sebagian ada yang membawa mobil, dan masih banyak yang menunggu di sekolah, termasuk Lya sekarang.
"Kenapa juga gue gak bareng Irene aja tadi? Kan lumayan dia bawa mobil."
"Lagian, hujan udah kayak ujian, suka dadakan." sambung Lya.
Tiba-tiba ia teringat saat masih kelas 5 SD, kalau hujan, pulang sekolah ia akan langsung menuju halaman belakang untuk bermain hujan.
Setelah bermain hujan-hujanan, Azlya langsung demam, tapi anehnya Lya sama sekali tidak kapok dan masih terus diulang-ulang.
Andai saja sekarang di rumah, mungkin dari tadi Lya sudah meluncur ke halaman belakang.
"Apa gue minta supir jemput ya?" Tanyanya pada diri sendiri." Azlya berpikir sejenak, "Tapi kasian lagi sakit, apa pesen taksi online?"
Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti disampingnya "Mobil siapa nih?" Tanyanya dalam hati.
Kaca jendela terbuka dan menunjukkan seorang laki-laki yang gantengnya Masyaallah sedang duduk dikursi supir. "Masuk! Gue anter." titahnya.
"Enggak usah, makasih." tolak Lya
"Yakin? Lo mau pesen taksi online emang?" Jefan masih setia menunggu Azlya.
"Terserah gue."
"Emang ada taksi lewat hujan-hujan begini?"
"Ya...... ada." Sebenarnya Lya ragu-ragu untuk pulang naik taksi, tapi udah gak ada temennya lagi di sekolah.
"Gue hitung sampe 3."
Azlya harus gimana sekarang? Mau ikut tapi gengsi, kalo gak ikut, entah kapan ia sampai rumah.
"1...." Jefan mulai menghitung.
"2...."
"Iya-iya, gue ikut." Lya dengan cepat membuka pintu mobil Jefan.
"Gitu kek dari tadi."
Lya menuruti perintah Jefan, ia duduk di kursi penumpang bagian depan.
Jefan melajukan motornya keluar dari gerbang sekolah "Masih lurus kan?" Tanya Jefan.
"Iya." jawab Lya yang masih menikmati derasnya hujan yang membasahi kaca mobil.
"Rumah lo ada siapa?" Jefan membuka pembicaraan.
"Ada orang."
"Maksud gue siapa aja?" Jefan geram sendiri dengan jawaban Lya, sengaja menguji kesabarannya kah.
"Adek gue, bibi, satpam."
"Supir lo?"
"Lagi sakit."
"Lo belok apa lurus?"
"Lo ngatain gue belok?" Azlya menoleh kesamping dengan ekspresi garang, namun dimata Jefan itu adalah hal yang lucu.
"Siapa yang ngatain sih?"
"Lah itu tadi?"
"Maksud gue itu, rumah lo habis ini belok apa masih lurus?"
"Oh, belok kanan trus ada pertigaan kiri, ada resto padang belok kiri habis itu ada perempatan jalan raya belok kanan, berhenti deket halte." Azlya menjelaskan dalam satu tarikan napas.
"Heh, lo ngomong udah kayak kereta, gue mana inget."
"Biar cepet."
"Lo ngomongnya kecepetan."
"Ya iya, nih sini kanan" Lya terus memberikan arahan sampai dekat rumahnya.
"Udah sampe halte, trus kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jefan Azlya
Teen FictionTampan, rupawan, kaya, dan terkenal, pujian seperti itu sudah sering dilontarkan untuk seorang siswa yang bernama Jefano Argantara, memegang jabatan sebagai wakil ketua dari geng motor Dangerous membuatnya semakin dikenal banyak orang. Tapi... apaka...