4. Minggu

148 61 14
                                    

Pagi indah di hari minggu yang memang sangat indah, bebas dari soal yang hanya didapatkan 1 kali seminggu.

"Kak makan." Alana datang ke kamar kakaknya membawa nampan berisi makanan dan segelas susu coklat.

Lya mengambil ponsel nya dan mendapati Irene menelpon-nya "Kenapa dia? Tumben nelpon."

Masa bodo dengan Irene, Azlya tiba-tiba teringat sesuatu.

"Lan, lo pernah gak ngerasa beda kalo sama satu cowok gitu?"

Alana merasa aneh ketika Lya bertanya hal seperti itu, yang ia lihat selama ini kakaknya tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun.

"Beda gimana maksudnya?"

"Kayak kalo sama yang lain tuh biasa aja, tapi kalo sama yang ini itu beda pokoknya."

"Lo lagi suka mungkin sama dia."

"Masa sih? Tapi gue aja baru kenal baru-baru ini."

"Kan cinta datang tiba-tiba."

"Gak mungkin kalo kata gue mah."

"Kalo gitu ngapain nanya?!" Alana dibuat kesal dengan tingkah kakaknya.

"Ya kan gue gak tau."

Alana memutar matanya, "Habisin, balikin sendiri!" Kemudian ia langsung keluar dari kamar.

Alzya jadi ingat kalau tadi Irene menelponnya, dengan cepat ia menelepon balik.

"Halo, kenapa Ly?"

"Lo kan tadi nelpon gue, jangan pura pura lupa."

"Oh mungkin kepencet tadi, ngapain juga gue nelpon lo pagi pagi."

"Wendy disana? Kayak ada suara dia."

"Hm, dia nginep semalem, ortu gue lagi ke luar kota."

"Ada yang lain gak?"

"Gak ada sih."

"Gue kesana ya?"

"Boleh, kalo gitu gue tutup."

Panggilan diputuskan sepihak, bener-bener ya belum selesai ngomong juga.

"Kenapa ya kalo sekolah pengennya di rumah, kalo di rumah pengennya sekolah." Lya bangkit dari tempat tidur setelah menghabiskan sarapannya.

*JEFANAZLYA*

"Jefan." Laura membuka pintu kamar anaknya.

"Iya ma?"

"Ada Nadin."

Kata terakhir membuat mood Jefan langsung jatuh ke titik paling rendah "Ngapain sih dia ganggu waktu aja."

"Mama tau kamu gak suka, tapi kita harus menghormati tamu."

"Suruh pulang aja ma."

"Jefan." tegur Laura.

"Iya, nanti Jefan turun."

"Yaudah, mama mau ambil cemilan dulu."

Jefan menuruni anak tangga dengan malas, bahkan ia sengaja melambat-lambatkan.

"Kamu ngapain, Jef kayak gitu?" Nadin tertawa ringan.

"Lo yang ngapain di rumah gue? Ganggu tau gak."

"Aku cuman mau minta tolong kamu ngajarin aku belajar, soalnya kalo belajar sendiri aku gak ngerti."

"TAPI KAN LO TAU INI HARI LIBUR GUE." Jefan membentak Nadin tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Kamu kan juga gak lagi sibuk, jadi mending kita belajar bareng."

"Siapa bilang gue gak sibuk, gue mau keluar, tapi lo malah dateng."

"Sama siapa?"

Jefan melirik sekilas, dengan lantang ia menjawab "Ya sama Lya lah, gak mungkin dong sama lo."

"O-oh." Nadin terdiam mendengar jawaban dari Jefan, "Oh ya, om Lian kemana, Jef?"

"Main golf." Jawab Jefan acuh tak acuh.

Laura datang dari dapur membawa 2 gelas jus jeruk dan setoples camilan.

"Kenapa, Jef, kok kayak bentak Nadin gitu?"

"Enggak kok ma, tadi dia kurang denger aja." Jefan menyipitkan matanya, bibirnya bergerak mengatakan "Plis usir dia." Tetapi tanpa suara.

Laura mengiyakan permintaan anaknya, "Nad, Jefan katanya mau pergi, tante juga mau pergi, kamu pulang ya? Gak mungkin dong kamu di rumah sendiri."

"Gapapa kok tan, Nadin bisa tunggu Jefan sampe pulang."

"Jefan kalo keluar gak inget waktu, gak mungkin cuman 1 atau 2 jam."

"Gapa--" Nadin hendak menjawab tetapi lebih dulu dipotong oleh Jefan.

"Gak tau mau banget sih lo, masa mau maksa disini padahal tuan rumahnya lagi pergi." Sentakan dari Jefan mampu membuat Nadin terdiam seribu bahasa.

"Kalo gitu aku pamit dulu tan." Nadin bangkit berdiri lalu menyalimi punggung tangan Laura.

Tanpa mengucap sepatah katapun pada Jefan, Nadin langsung pergi ke pintu depan.

"Kenapa ya Jef, kalo ketemu Nadin rasanya gak enak? Padahal udah dari kecil mama kenal dia." Laura kembali melanjutkan aktivitasnya

"Emang gak cocok mama sama Nadin, mama kan kayak bidadari, kalo dia kayak ular."

"Jefan, gak boleh kayak gitu, mama gak pernah ngajarin kamu buat ngata-ngatain orang kayak gitu."

"Tapi itu fakta loh ma."

"Udah, kamu mending keluar sana sama temen-temen kamu, sebelum asar harus udah di rumah."

"Siap mama cantik."

Laura tersenyum melihat kelakukan anaknya, "Hati-hati kalo main."

*JEFANAZLYA*

Sebelum ke markas, Jefan mampir terlebih dahulu ke minimarket untuk membeli beberapa makanan.

"Aduh." Seorang perempuan menabrak badan Jefan

"Eh, sorry ya gue gak sengaja."

Jefan memandangi perempuan itu lekat-lekat, "Lo ngapain disini?" Tanyanya.

"Ck, ternyata lo lagi." Azlya memutar badannya hendak pergi dari sana.

Jefan mencekal tangannya, ia berdiri di depan Azlya, "Tunggu."

"Kenapa lagi?"

"Eee, ng-nggak jadi." Jefan melepas genggamannya.

"Aneh banget."

"Duluan." Jefan berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

Azlya merasa ponselnya bergetar, ia mengambilnya dari saku dan menggeser tombol berwarna hijau.

"Iya, kenapa, Ren?"

"......"

"Es teh?"

"......"

"Yaudah berapa?"

"......"

"Oke, nanti gue mampir, gue mau bayar dulu."

Azlya memutus sambungan telepon, ia pergi ke kasir membayar belanjaannya.

*JEFANAZLYA*

👋🏻👋🏻 Yeorobun Annyeong 👋🏻👋🏻

Gimana kabarnya?

Jangan lupa vote dan komen ya gess ya

Follow akun penulis juga

"Bahagia bisa didapat dengan cara yang sangat sederhana"

"Sadar diri sebelum disadarkan kenyataan"

SEE U AGAIN

Jefan AzlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang