Gue ingin bertamu ke rumah Mega di Solo, dan meminang wanita itu secara resmi kepada orang tuanya. Ya, gue tau gue sinting, karena Mega masih berstatus istrinya Jerry. Bahkan pengacara keluarga yang kuhubungi juga berkata gue bisa dipidana karena melarikan istri orang, malah Jerry sempat memergokiku berzina dengan istrinya. Sekarang, gue percaya jatuh cinta bisa membuat orang nekad melakukan hal-hal yang nggak masuk akal.
"Kamu ingin menikahi istri orang?" Papa mengulangi pernyataanku. "Astaghfirullah, Rama.... Sekalinya kamu mau nikah, bikin papa pusing kepala!" lanjutnya frustasi.
Gue memutuskan untuk meminta pendapat keluargaku sebelum mengunjungi rumah orang tua Mega di Solo. Barangkali saja mereka bisa memberikan beberapa nasehat untukku. Berhubung, gue nggak berpengalaman melamar anak orang.
Gue merengut. "Papa yang suruh Rama nikah!"
Berikutnya kepalaku ditimpuk bantal sofa oleh kak Jani. Namun sebelum ia sempat berkata-kata, gue sudah lebih dulu bicara, "Apa? Terakhir kali Teh Jani juga yang nyalahin Rama karena nggak nikah-nikah, kan?" Dan sukses, membuatnya bungkam.
Kak Sinta menghela napas. "Tapi kenapa harus sama istri orang, Rama Sayang?"
"Memang papa bilang harus nikah bukan sama istri orang?" sahutku.
"Suaminya sudah tahu?" tanya papa, usai menyesap kopinya.
"Sudah." jawabku. Yang lantas menceritakan insiden grebek enak seminggu lalu.
"Maneh teh gelo!" tuding kak Jani, yang kuabaikan saking malasnya.
"Gimana Pa?" tanya kak Sinta.
"Papa akan bantu bicara dengan suaminya." jawab papa. "Dan kamu, Ram, kamu temui orang tuanya!"
"Sendiri?" tanya mama, akhirnya buka suara setelah sekian lama terdiam.
"Rama harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, Ma." jawab papa.
"Tapi nanti kalau Aa kenapa-napa gimana? Gimana kalau Aa dicelakai sama orang tua gadis itu?" balas mama ketakutan.
Gue meraih tangan mama untuk digenggam. "Rama nggak akan kenapa-napa, Ma."
"Kamu juga sih, Ram," Mama menepuk lenganku sembari menangis. "Memangnya nggak ada perempuan lain sampai kamu harus menyukai istri orang?"
"Rama tau Rama salah. Rama minta maaf kalau sudah buat semua orang sedih. Tapi Rama mencintai Mega, Ma." jawabku.
Namun entah kenapa semua orang terdiam seketika. Dalam bisu mereka memandangiku. Lalu isak tangis mama kembali memecah keheningan.
"Alhamdulillah Rama, akhirnya kamu teh bisa mencintai perempuan juga!" ucap mama penuh haru.
Lah memangnya selama ini gue mencintai laki-laki?
🐰
"Aa mau ke Solo? Mega ikut, ya?" pinta Mega usai gue memberitahukan rencanaku esok pagi.
Gue mengusap punggung tangannya yang berada di sebelahku. "Kamu disini aja ya, Meg. Biar Aa pergi sendiri."
"Aa nggak boleh pergi sendirian! Bapak itu orangnya keras. Bisa-bisa Aa kenapa-napa." balasnya terlihat cemas.
"It's okay, kemarahan ayahmu adalah resiko yang harus Aa tanggung, karena sudah merusak rumah tanggamu dengan Jerry." kataku.
Mega menggeleng. "Aa kan nggak salah! Dari sejak sebelum nikah, aku cintanya sama Aa."
"Mega, ada hal-hal yang nggak bisa diselesaikan hanya dengan alasan cinta. Di mata orang tuamu dan orang-orang di luar sana, Aa yang salah karena menggoda kamu yang berstatus istri orang." Gue berusaha memberikan pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rama dan Cinta
RomanceGue Rama. Umur 52 tahun. Profesi, dokter spesialis kulit dan kelamin. Status lajang. Iya, kalian nggak salah baca, gue belum pernah menikah. Trauma? Ya ampun, istilah puitis dari mana itu? Enggak lah, gue cuma belum ketemu cewek yang pingin gue nik...