4. Tidak jadi masalah

4.3K 563 142
                                    

POV Radipta dan POV Kavi versi Pulang Habis Kelana sudah aku upload di karyakarsa yaa, bisa akses dengan klik link di bio Instagram aku atau cari username-ku langsung di aplikasinya (@baeforlyfee)

•••

Ingin sedikit menceritakan soal Kavi karena aku sekarang sedang memikirkannya, kami sudah menjalin hubungan kurang lebih setahun. Sudah lama sebenarnya, tapi waktu terasa berlalu begitu cepat.

Ketika diawal-awal, aku sempat ragu dengannya, aku takut kalau sebenarnya ia hanya iseng karena selama beberapa bulan masuk kuliah, tak ada satupun orang yang mendekatiku-sebenarnya itu wajar karena aku bukan mahasiswa menonjol yang ketika di kelas selalu angkat tangan untuk berpendapat atau bertanya-namun lama kelamaan, Kavi seperti makin gencar untuk mendekati sampai akhirnya ia mengutarakan perasaannya.

Katakanlah aku mudah luluh dengan kata-kata, karena itu memang benar. Tak banyak orang sepertinya berada di sekitarku, jadi ketika ia mengatakan hal-hal yang membuatku tersentuh, tentu aku akan langsung jatuh padanya.

Rasanya seperti bahagia. Aku selama ini sendiri, sebenarnya nyaman-nyaman saja. Tapi ketika mempunyai seseorang yang bisa diajak bicara, atau bisa sekedar saling bercerita hari-hari yang tak begitu penting, itu menjadi momen kecil yang selalu menyenangkan hati.

Kavi benar-benar datang seperti penolong. Ia baik sekali. Tapi sayangnya aku tetap tak bisa menaruh seluruh perasaan yang ku punya untuknya. Seperti selalu ada batasan yang diriku buat sendiri, agar suatu saat bila terjadi hal-hal tak diharapkan, aku tak terlalu kecewa.

Aku tidak memberitahu hal itu padanya, tapi kurasa ia tahu. Karena Kavi selalu mengerti keadaanku.

Meski begitu aku tetap memperlakukan ia sebagaimana ia memperlakukanku. Dan kami sama-sama nyaman di posisi ini.

Nyaman dan aman, itu yang paling penting.

"Nah, kalau menurut Jana, gimana? Setuju, gak, sama konsep yang kita buat?"

"Oh?"

Semua pasang mata sontak tertuju padaku. Aku merapatkan bibir sejenak sebelum berkata bahwa aku setuju-padahal aku tak mendengar pasti apa yang dibicarakan karena keasikan melamun-namun Abi diseberang sana mengacungkan jempol sehingga dapat membuatku bernafas lega.

Bisa-bisanya sedang rapat malah melamun, Abi bisa saja menendangku dari acara ini karena tidak kompeten.

"Radipta kok gak dateng, ya, Jan?"

Rasanya aku ingin menulikan telinga ketika mendengar pertanyaan Tari barusan. Sangat tak terbayangkan kalimat itu akan kembali mengudara mengingat dua tahun lalu aku yang sering mengucap demikian.

"Gak tau," ujarku singkat lalu kembali fokus mendengar pendapat anggota lain, hal itu untungnya berhasil membuat Tari ikut teralihkan dan berhenti bertanya.

Tak lagi di kafe, kali ini kami berdiskusi di rooftop salah satu gedung kampus. Kebetulan memang ada kantin yang hanya buka ketika siang hari, jadi malamnya kami manfaatkan agar bisa fokus berdiskusi karena tak banyak yang datang kesini.

"Ini, kan, kalian dibagi per-divisi. Nanti gue invite lagi, ya, biar kalian juga bisa diskusi masing-masing di grup chat."

Kami semua mengangguk.

Pertemuan kali ini lebih lama dibanding pertemuan kemarin, dan lebih banyak juga orang yang hadir. Aku tak banyak menyampaikan pendapat karena semua konsep ternyata sudah disiapkan oleh Abi, ia hanya bertanya apakah setuju atau tidak, juga menanyakan apa solusi lain bila kami tak setuju.

Pun anggota lain tak banyak protes, mungkin sudah percaya penuh pada Abi mengingat ia lebih tau dan sudah biasa membuat acara semacam ini. Jadi tanpa ba-bi-bu, kami semua setuju.

Pulang Habis KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang