POV Kavi part 4 udah aku up di karyakarsa yaa, jangan lupa akses di sana dengan klik link di bio Instagram aku, atau cari username ku langsung di aplikasinya @baeforlyfee
Happy reading!
•••
Diantara banyaknya pengalaman buruk selama hidup di dunia, aku bersumpah bahwa aku tak akan menyesali semua hal buruk yang membuatku menjadi lebih baik di masa depan.
Aku cukup bangga karena sekarang pikiranku sudah tak se-sederhana dulu. Yang bila mengalami hal tak mengenakkan akan kecewa berlarut-larut, benci pada semua orang, bahkan juga benci pada diri sendiri. Semakin besar, pikiranku semakin terbuka. Banyak hal yang menurutku terasa berat, padahal kalau mau dipikir baik-baik, pasti masalahnya bisa selesai tanpa harus berlarut-larut dalam kesedihan dulu.
Dan kini aku sedang berusaha agar terus bersikap seperti itu.
Seperti sekarang,
Aku sedang duduk bersebrangan dengan seseorang yang selama ini ku curigai dan yang terus bersarang di otakku beberapa hari ke belakang.
"Santai aja," ku sunggingkan senyum tipis ketika melihat wajahnya cemas menatapku, mungkin khawatir aku akan mengeluarkan kalimat-kalimat buruk padanya.
"Oke,"
Wajah Kalea persis seperti apa yang ku bayangkan ketika dulu Kavi sempat menceritakannya. Namun sifatnya seperti kebalikan. Tampilannya seperti perempuan tomboy, tapi suaranya sangat halus dan terdengar lemah.
Aku menghela nafas panjang. Tak sedikit merasa kasian karena dari wajahnya pun sudah terlihat kalau ia kelelahan.
"Kita seumuran, kan?" tanyaku basa-basi. "Gue Renjana."
Kalea menaruh cangkirnya kembali ke atas meja sebelum menyambut uluran tanganku. "Kalea. Iya, seumuran."
"Lo kerja sama anak kampus gue, kan? Itu setiap hari, kah? Maaf, ya, gue ngajakin ketemu pas weekday."
"Enggak, kok. Emang kebetulan free hari ini."
Aku mengangguk-anggukan kepala. Mulai bingung ketika ingin merangkai kata-kata. Aku sudah cukup paham bahwa ia tak bisa begitu saja menjawab pertanyaan yang mungkin menyinggung. Jadi harus hati-hati.
"Gue juga mau minta maaf," ia bersuara. "Gue denger kalian putus."
Ah, dia tahu ternyata.
"Putus baik-baik, kok. Gue sekarang temenan sama Kavi." ucapku berupaya tak terdengar kecewa dan menyalahkannya. "Sebenernya gue minta Kavi supaya kita bisa ketemu. Bukan karena hubungan gue sama dia, tapi ada beberapa yang pengen gue tanyain aja."
"Apa?"
Aku mengulum bibir. "Tapi maaf ya kalo kesannya gue kayak ikut campur. Gue cuma mau lebih kenal sama lo aja."
Kavi berkata bahwa sebaiknya aku tak memberitahu kalau aku membantunya untuk menemukan siapa laki-laki itu pada Kalea. Karena katanya Kalea sendiri sudah tak mengharap apa-apa dari laki-laki itu. Ia hanya ingin hidup tenang dengan anaknya tanpa gangguan apa-apa lagi.
"Gak papa. Pasti lo juga ada rasa kesel waktu gue minta tolong Kavi." Ia menautkan kedua tangan di atas meja. "Tapi waktu itu gue bener-bener ngerasa cuma Kavi yang bisa bantu. Gue udah minta bantuan ke semua orang, tapi gak ada satupun dari temen gue yang mau bantu. Gue bener-bener kehilangan arah. Mau mati pun gue masih mikirin anak gue yang waktu itu udah pengen lahir. Gue gak mau bunuh nyawa yang gak bersalah."
Aku meneguk ludah. Tak terbayangkan kalau ada di posisi itu.
"Tapi untungnya Kavi mau bantu. Di awal gue gak tau kalo dia punya pacar, sampe akhirnya beberapa bulan kemudian dia bilang. Tapi gue gak bisa lakuin apa-apa karena gue masih butuh bantuan dia selama ada di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Habis Kelana
Teen Fiction[Bagian kedua dari kisah Satu Cerita Untuk Kamu] Semuanya mereda dan berjalan semestinya, hingga Renjana bertemu Kavi Yogaswara. Lelaki dengan segala kebaikannya. Kavi punya semua, apapun yang Renjana butuhkan. Menjadikan keduanya saling mengagumi d...