Bab ini kayak sedikit padahal aku ngerasa ngetiknya udah lama karena banyak mikirnya ahahaha.
Semoga tetep enjoy, ya!
•••
Ini sudah beberapa minggu semenjak aku putus dengan Kavi. Dan mungkin kalian akan kecewa bila mengetahui bagaimana keadaanku sekarang karena-ya masih sama-sama saja seperti minggu-minggu lalu.
Aku masih sering menangis saat tengah malam, meski banyak ke-khawatiran juga menjadi penyebabnya, namun tetap saja tak bisa dielak bahwa penyebab paling besar yaitu karena aku rindu dengannya.
Hubungan kami tak se-sederhana yang orang-orang bayangkan. Mungkin tak tampak terlalu mesra di luar, namun perasaanku untuknya benar-benar melebihi dari apa yang kalian kira.
Ia adalah kekasih pertamaku. Ia banyak mengajakku untuk memperlihatkan, mengajarkan, dan melaksanakan banyak hal-hal yang sebelumnya belum pernah kucoba. Dan itu sangat memorable karena ia selalu mengabadikan tiap momen kami.
Ia tampak bahagia denganku, tampak nyaman-nyaman saja, membuatku semakin yakin bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama besar seperti yang ku miliki untuknya.
Tapi mengapa semudah itu memilih perempuan lain yang bahkan dulu tak pernah menganggap kehadirannya ada.
Sebetulnya seberapa lemah perasaan Kavi? Bukannya ingin membandingkan, tapi aku waktu itu bahkan rela mendorong Radipta menjauh demi dirinya. Kenapa ia tak bisa melakukan hal yang sama?
Alasan belas kasihannya sama sekali belum bisa ku terima sampai sekarang. Aku tahu mungkin Kalea tak punya siapa-siapa, tapi Kavi bukan hanya satu-satunya orang yang bisa membantunya, kan? Apa perempuan itu tak punya teman sama sekali? Orang tua kandungnya? Atau, memangnya siapa, sih, laki-laki brengsek yang tega membuatnya jadi seperti itu hingga harus merepotkan laki-laki lain.
Aku berdecak memikirkan itu. "Semuanya gak jelas."
Usaha Kavi yang mungkin ingin berusaha memperbaiki dan memperjelas hubungannya denganku pun hanya ia sampaikan lewat chat. Tiga hari ke belakang ia tak pernah mengirim lagi, ya mungkin lelah karena tak pernah ku jawab, tapi kan ia bisa menelepon, atau menemuiku di kampus. Apa sesibuk itu hidupnya?
"Gue ketemu Kavi tadi."
Suara yang hampir setiap hari ku dengar pun mengudara.
Tari datang seraya membawa beberapa makanan seperti biasanya. Hari ini kami tak ada jadwal kuliah, jadi mungkin ia bosan di rumah mengingat rumahnya memang sepi karena kakaknya sudah berkeluarga masing-masing.
"Dimana?"
Tari menutup pintu, lalu menunjuk ke bawah.
"Di bawah kosan."
"Hah?"
Aku reflek langsung mengecek ponsel, namun tak ada satupun pesan dari Kavi yang mengatakan bahwa ia ingin menemuiku.
"Kok gak ngabarin gue dulu?"
"Orang gue yang maksa kesini." ucap Tari terlampau santai, membuatku bingung sendiri.
"Terus dia sekarang dimana?" tanyaku yang tak mendapat tanggapan darinya. Malah sibuk memakan jajanan yang dibawa. "Tar, jawab duluuu,"
"Masih di bawah."
"Terus dia mau ngapain?"
Tari memandangku lama. "Ya udah sana lo ke bawah dulu."
"Gimana, sih???" aku mengacak rambut kebingungan. "Ngapain lo nyuruh dia kesini?"
Tari menghela nafas panjang lalu menjauhkan plastik jajanan dari jangkauannya.
"Jadi gue tadi ketemu sama si Kavi pas beli jajanan. Terus dia minta tolong ke gue buat bilangin ke lo, kalo lo harus baca dan bales chat dia. Karena males dan bingung juga dia mau sampein apa lagi, secara kan kalian udah putus. Akhirnya dia cerita, tuh, tentang si Kalea ke gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Habis Kelana
Teen Fiction[Bagian kedua dari kisah Satu Cerita Untuk Kamu] Semuanya mereda dan berjalan semestinya, hingga Renjana bertemu Kavi Yogaswara. Lelaki dengan segala kebaikannya. Kavi punya semua, apapun yang Renjana butuhkan. Menjadikan keduanya saling mengagumi d...