6. Cerita sana-sini?

3.7K 456 20
                                    

POV Radipta part 2 udah aku up di karyakarsa, janlup baca disana yaa~

•••

Walaupun di masa kuliah sekarang aku tidak punya banyak teman dekat seperti di SMA dulu, namun aku tetap senang dikelilingi orang-orang yang selalu ada disaat sedih, senang, bahkan kesusahan sekalipun.

Contohnya seperti sekarang.

"Ini masih lama, ya, Jan?"

"Kalo keberatan, dari awal mending gak usah nawarin, sih."

"Eh, enggak keberatan, kok, Tar. Ini gue dengan senang hati bersedia. Mau sampe malem juga gue siap!"

Aku mengatupkan bibir seraya menunduk dibalik kanvas karena sulit menahan tawa ketika mendengar interaksi Bejo dan Tari. 

Sudah dari tiga hari lalu aku dan Tari lembur mengerjakan bahan untuk event nanti. Karena banyak yang harus dibuat, kami hampir kehabisan ide untuk melukis objek apa lagi. Namun untungnya semalam Tari tiba-tiba memberi ide bagaimana kalau melukis dengan objek manusia langsung saja seperti tugas praktik kami biasanya. Idenya kusetujui dan kami sama-sama berdiskusi siapa orang yang tepat untuk bisa membantu.

Karena sifatnya sukarela, kami berdua segan untuk meminta bantuan pada teman-teman sekelas atau teman di UKM. Mereka pasti sibuk dan mayoritas pasti tak bersedia untuk membantu kalau tidak ada feedback yang didapat. Kemudian Tari dengan ide cemerlangnya lagi, mengusulkan Bejo untuk menjadi model kami. Ketika mendengar idenya, aku sontak tersenyum lebar dan mengacungkan jempol setuju karena Bejo tak akan menolak hal apapun yang bersangkutan dengan Tari.

Jadilah hari ini hadir. Aku dan Tari melukis di rooftop gedung kampus, sementara Bejo duduk dengan jarak 2 meter di depan kami seraya mengangkat cangkir seakan mengajak bersulang orang di sebelahnya dengan ekspresi sumringah. 

Ide gayanya tentu saja dari Tari juga.

Bukan hanya kami bertiga, Kavi juga ikut menemani namun ia duduk di belakang kami pada tempat duduk yang disediakan oleh kantin fakultas seraya mengotak-atik laptop, mungkin sedang mengedit foto. Kami baru mulai melukis jam empat sore, sehingga gedung sudah sepi dan kantin sudah tutup. Jadi hanya ada kami berempat di sini.

"Dapet konsumsi, kok, Jo." Suaraku mengudara.

"Bukan nasi kotak, kan?" 

Aku dan Tari sama-sama tertawa.

"Dikit lagi beres," sahut Tari yang membuat Bejo sontak menegakkan badannya dan berekspresi dengan antusias.

Setelah lima belas menit, akhirnya pekerjaan kami rampung. Sebenarnya masih ada beberapa detail yang belum diselesaikan seperti gelap terang bayangan. Tapi karena sudah terbiasa melakukan hal seperti ini, kami juga jadi terbiasa merekam objek lukis di otak sehingga bisa dikerjakan tanpa harus melihat langsung.

Tak dulu pulang, kami memutuskan untuk makan bersama dulu karena Kavi memaksa ketika kubilang belum sempat makan siang. Padahal jarak kampus ke kos tak ada lima menit jalan tempuhnya, tapi ia meminta untuk makan sekarang saja karena sudah tahu kebiasaanku bila sudah pulang pasti lupa segalanya karena kelelahan dan langsung tidur.

"Lita gimana? Kemarin katanya udah pulang?"

Kavi mengangguk. "Udah jauh mendingan dibanding di rumah sakit kemarin. Kayaknya emang makin parah karena dia gak betah, sih."

Karena sudah beberapa kali bertemu, bisa kusimpulkan memang Lita lumayan sensitif dengan hal-hal baru yang tak biasa ia temui. Bahkan akupun butuh pendekatan yang lumayan lama sampai bisa akrab dengannya.

"Mau ketemu kamu katanya,"

Aku menoleh. "Iya? Nanti aku cari hari yang senggang dulu."

Kavi mengangguk. "Kalo gak ada gak papa, gak usah diburu-buru."

Pulang Habis KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang