16. Kecewa tanpa penjelasan

2.4K 346 210
                                    

"Jadi, kan, di bagian ini nanti pake perbandingan satu banding dua. Terus bagian bawahnya-"

"Jan,"

"Hm?"

"Lo nyimak, gak?"

Aku tersenyum paksa lalu menggeleng. "Gue rekam, kok." ujarku seraya mengangkat ponsel yang layarnya menunjukkan aplikasi perekam suara.

"Gue lanjut tidur bentar, ya. Kalo udah beres bangunin."

Aku berdecak rendah seraya menggelengkan kepala. Bingung dengan tingkah Tari yang tak pernah mau ambil pusing dengan mata kuliah yang tak ia sukai. Anehnya, Tari cukup mampu untuk menjawab soal dari dosen walaupun kadang tak menyimak pembahasan beliau.

Kalau Tari bisa dengan mudah menjawab soal tanpa mendengar atau mencatat, aku kebalikannya. Bukan hanya harus dengar, aku juga harus mencatat ulang penjelasan dosen, baru bisa mengerti tentang materi yang disampaikan.

Maka dari itu, aku memutuskan untuk merekam penjelasan alih-alih mencatat seperti biasanya. Lebih baik di kosan ku pelajari lagi saja nanti karena kepalaku sedang tak bisa fokus memproses materi.

Ya, apalagi yang sedang kupikirkan kalau bukan tentang Kavi. Nyatanya masalah kami cukup banyak mengganggu kegiatan sehari-hariku.

Terlebih ketika semalam Radipta mengabari soal Kalea.

Katanya dia belum punya suami. Jadi hamil di luar nikah.

Baru itu informasi yang dapat ia ambil, yang tentunya membuat ke-khawatiranku semakin menjadi-jadi.

Kavi sendiri tampaknya belum memiliki inisiatif untuk mengatur waktu pertemuan lagi. Ia hanya mengabari kalau akhir-akhir ini ia semakin sibuk karena sudah masuk kuliah dan harus mengerjakan projek yang sedang ramai-ramainya. Tentu aku jadi ragu untuk bertanya soal kecurigaanku.

Namun aku tetap aktif bertanya dengan Bejo untuk mengawasi kegiatannya. Bejo pun mengatakan bahwa Kavi hanya pergi ke studio setelah pulang dari kampus. Sedikit lega, namun belum tenang sepenuhnya.

"Ya, sekian saja penjelasan saya hari ini. Kita lanjut lagi minggu depan, selamat siang."

Kelas berakhir tepat ketika Tari terbangun dari tidurnya. Aku dengan sigap langsung menutupi gerak-geriknya yang tengah menguap karena sang dosen tengah mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Bisa gawat kalau Tari tertangkap ketahuan tidur begitu, sekelas bisa kena imbas.

"Udah beres?"

Aku mengangguk. "Kumpul jam berapa?"

Kumpul yang ku maksud adalah kumpul untuk pergi melaksanakan UKM Seni. Sepertinya tahun ini akan menjadi tahun terakhir kami mengikuti kegiatan kampus karena tahun depan sudah harus mulai menyusun skripsi.

Tak terasa waktu sangat berjalan cepat. Rasanya baru kemarin lulus SMA.

"Materi juga, kah? Apa praktek?"

"Ngasih materi ke maba kayaknya," jawabku.

Tari mengangguk-angguk. "Ya udah, ayo. Palingan bentar doang."

Kami turun ke lantai bawah dan menuju ruangan besar yang dipakai untuk kumpul UKM. Langsung bertemu dan bergabung dengan teman-teman dari kelas dan jurusan yang berbeda-beda.

"Lah, Radipta join ukm itu?" Tari menyipitkan mata. "Bener, kan, itu Radipta?"

"Gak keliatan, Tar. Mata gue, kan, rada-rada."

Tari menepuk jidat. "Oh, iya, lupa." Kemudian ia menggerakkan tangan seakan memanggil seseorang yang ia kira Radipta. "Bener, kok, Radipta. Tuh, dia nyamperin."

Pulang Habis KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang