Singkat cerita, hari-hari berjalan dengan semestinya sampai sebulan ke depan. Pikiranku didominasi oleh tugas-tugas yang semakin membludak sampai-sampai sudah tak terhitung berapa kali ku relakan tidur malam untuk tetap terjaga demi tugas.
Soal Kalea, terakhir kudengar kabarnya mungkin sekitar dua minggu lalu. Waktu itu, Kavi bilang kalau ia sudah lebih membaik sejak beredarnya kabar tentang laki-laki itu terungkap ke publik. Mungkin ia jadi lebih tenang karena ia sudah tak diancam lagi sekarang. Dan soal laki-laki kurang ajar itu, sampai sekarang tak ada yang tahu pasti ia siapa.
Namun aku dan Tari sudah menyimpulkan bahwa memang Kak Angka lah pelakunya. Karena semenjak berita itu beredar, ia mendadak hilang begitu saja. Orang-orang disekitarnya mengatakan kalau ia cuti kuliah, tapi tak ada yang tahu apa alasannya. Bukankah hal itu sudah sangat membuktikan bahwa memang ia pelakunya? Harusnya kalau tak salah, ia bisa speak up dan menyangkal berita itu, kan.
Hilangnya Kak Angka dari seluruh penjuru kampus pun lumayan banyak berdampak pada UKM Seni. Kak Sashi sudah sangat mempercayakannya sebagai ketua acara nanti, kulihat ia pusing sekali memikirkan alternatif lain. Berujung kami harus merombak ulang tema pamerannya menjadi pameran karya seni rupa, sama seperti tahun sebelumnya.
Beralih ke hal lain, soal Kavi. Kabar baiknya aku sudah semakin jarang memikirkan dirinya. Entah karena aku memang sudah tak ada rasa, atau entah juga karena aku terlalu sibuk dengan perkuliahan sehingga tak ada waktu untuk memikirkannya. Ya apapun itu alasannya, setidaknya berdampak baik bagiku.
Lalu soal Radipta. Interaksi kami masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Beberapa kali kami bertemu di kafe ketika aku hendak cari suasana baru dengan mengerjakan tugas di luar kos. Ia bilang ia ingin mengajakku pergi berdua, tapi sayangnya kami berdua belum ada waktu untuk itu. Pasti ada saja yang bentrok. Aku tak berharap banyak, sih. Tapi semoga suatu saat rencananya benar-benar berjalan.
Karena aku mulai memikirkan tawarannya untuk melangkah lebih dekat.
Kupikir pada awalnya Radipta tak akan bisa membuatku yakin dengan perasaannya, karena-hei, aku tahu sifatnya seacuh apa meskipun ia suka dengan seseorang. Sebagai contoh, dulu ia masih menyimpan perasaan dengan Alin, tapi ia tak pernah terang-terangan menunjukkan perasaannya pada perempuan itu. Tapi sekarang, ia bahkan bisa dengan lugas berkata bahwa ia suka padaku di depan Tari sekalipun.
Perkembangan yang sangat luar biasa. Kalau kata Tari, sih, Radipta sepertinya memang sudah yakin dengan perasaannya sendiri.
Tentu bohong kalau kubilang aku tak peduli dengan kata-kata dan perlakuan manis darinya. Hal yang sebulan lalu ia ucapkan pada Mas Penjaga saja, masih terngiang-ngiang di kepalaku sampai sekarang.
Namun aku berpikir kalau sepertinya untuk saat ini aku masih butuh beberapa waktu untuk akhirnya bisa menerimanya. Aku sudah hampir yakin, semoga saja Radipta tetap terus seperti ini sampai hari itu datang.
"Sekian presentasi dari kelompok kami. Mungkin ada yang ingin ditanyakan?"
Suara lantang dari salah satu anak kelasku membuat lamunanku pun buyar. Selain karena suaranya, aku juga kaget dengan gerakan meja akibat Tari langsung mengangkat tangan dengan buru-buru hingga sikunya menyenggol sisi mejaku.
Ia menyampaikan pertanyaannya yang membuat sekelompok mahasiswa yang presentasi di depan sana menghela nafas berat. Padahal mereka sudah mewanti-wanti di grup kelas supaya tak ada yang bertanya, tapi tampaknya permintaan itu tak bisa diterima oleh Tari.
"Nanya mulu," gumamku ketika ia sudah selesai menyampaikan pertanyaannya.
"Poinnya Bu Riri gede tau. Lumayan buat nambah nilai."
Aku hanya ber-oh-ria untuk menanggapi ucapannya. Tari memang tipe orang yang lebih aktif di kelas, namun pasrah dengan ujian. Sementara aku sebaliknya. Aku tak begitu sering menyampaikan pertanyaan dan butuh waktu lama untuk mencerna materi yang disampaikan, namun aku akan belajar sampai pagi apabila ada ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Habis Kelana
Teen Fiction[Bagian kedua dari kisah Satu Cerita Untuk Kamu] Semuanya mereda dan berjalan semestinya, hingga Renjana bertemu Kavi Yogaswara. Lelaki dengan segala kebaikannya. Kavi punya semua, apapun yang Renjana butuhkan. Menjadikan keduanya saling mengagumi d...