14. Cemas dengan kenyataan

2.3K 339 67
                                    

POV Kavi part 3 udah aku up di karyakarsa yaa, jangan lupa akses di sana dengan klik link di bio Instagram aku, atau cari username ku langsung di aplikasinya @baeforlyfee

Happy reading!

•••

"Lo tau itu siapa?"

"Enggak,"

"Udah nanya ke Kavi?"

"Belum,"

"Yaudah jangan nangis dulu, njir!"

"Gak bisaaa," aku merengek. "Pantesan aja dia jarang ngabarin gue lagi akhir-akhir ini..."

Tari menghela nafas panjang. Mengalihkan pandangan kembali pada semangkuk bakso di hadapannya. Sementara aku hanya memandang mangkuk berisi mie ayam yang ku pesan tanpa minat, justru tangan beralih mengambil tisu untuk mengelap air mata.

"Emang lo bisa tetep positif thinking kalo jadi gue?"

"Enggak, sih, minimal gue bakar rumahnya Kavi."

"Kan!"

Lagi-lagi, Tari menghela nafas.

"Ya lo tanya dulu, lah, itu siapa. Siapa tau saudaranya? Atau temen jauh?"

"Kalo dia bilang itu selingkuhannya beneran gimana?"

"Ya lo bakar beneran aja rumahnya Kavi."

Aku berdecak. "Lo, mah, gak ngebantu, Tar."

"Pokoknya gue udah saranin lo buat tanya dulu. Kayak gini malah lo sendiri yang kesiksa. Udah nangis-nangis taunya beneran bukan siapa-siapa."

"Gak mungkin bukan siapa-siapa kalo dia ngechat bilang butuh kamu???" Ku letakkan kepala di lengan yang menempel pada meja makan. "Mana dia santai banget pas bales chatnya. Padahal harusnya tau kalo gue udah liat."

"Ya mungkin dia ngerasa gak masalah kalau lo tau. Berarti emang bukan siapa-siapa."

Setelah Tari mengucap itu, hanya keheningan yang menguasai kami. Ia sibuk dengan makanannya, sementara aku lagi-lagi hanya termangu, memikirkan tentang seseorang itu yang belum ku ketahui pasti ada hubungan apa dengan Kavi.

Yang membuatku curiga adalah, Kavi tetap memperlakukanku seperti biasanya setelah kejadian di mall waktu itu. Entah ia tak sadar, atau entah juga mungkin ia pura-pura tak tahu.

"Kaivan ngajak kita kumpul nanti."

"Buat apa?"

"Abi katanya udah ditemuin."

•••

"Sekarang kasusnya lagi diurus kata ayah gue. Kita tunggu aja, nanti progressnya gue kabarin kok ke kalian."

"Kira-kira uangnya bisa balik, gak, ya, Nin?" tanya Tari.

"Setau gue, bisa kalo kita ngajuin ke pengadilan."

"Heeh, bener," sahut Nindya menanggapi ucapan Radipta. "Gue bisa minta tolong ke bokap juga soal itu."

"Tapi kita gak banyak bukti selain omongan dia di chat. Gak ada perjanjian tulis juga. Rada susah, gak, sih?" Kali ini Kaivan yang berpendapat. "Tapi gak papa banget kalo bokap lo mau coba bantu soal itu. Bokap lo juga lebih ngerti."

"Iya. Pokoknya nanti kalo gimana-gimana gue kabarin."

"Makasih banyak ya, Nin," ujarku seraya menepuk-nepuk bahunya. "Sampein juga ke ayah lo."

Pulang Habis KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang