Hari yang kunanti akhirnya tiba!
Terhitung sudah dari enam hari yang lalu aku tiba di Bandung dan meluangkan waktu hampir setiap hari untuk pergi bersama keluarga atau teman-teman.
Namun sekarang adalah waktu dimana aku harus kembali ke Jakarta Utara untuk menyiapkan kebutuhan event pameran yang diadakan dua hari lagi.
Kabar bagusnya, Nayya, Kayla, Nisha, Puspa, dan Adhia bisa ikut bersamaku.
Sepanjang perjalanan tak ada sedikitpun senyumanku luntur. Bahkan dari semenjak duduk dalam bis travel, Nayya selalu menggandeng lenganku sambil menceritakan kisahnya selama kuliah.
"Ya pokoknya semester ini capek banget, deh, Jan."
Aku mengangguk setuju. Ini sudah tahun kedua kami ada di Universitas. Makin naik tingkat, makin naik juga standar yang harus kami raih demi kepuasan dosen dan nilai akhir.
"Semangat, deh, buat kita."
"Bener. Mesti di kuat-kuatin." Nayya melirik jam tangannya. "Ini perjalanannya berapa jam?"
"Dua jam lebih, sih, biasanya." Aku menyerahkan bantal leher pada Nayya. "Tidur aja dulu."
Kami tak pernah pergi jauh sampai menginap semenjak kuliah, namun sekarang kurasa keberuntungan sedang berpihak padaku. Karena ketika kuminta mereka datang untuk melihat pameran yang kubuat, mereka sontak setuju dan dengan antusias langsung mengatur jadwal keberangkatan.
Rencananya nanti kami juga akan main ke dufan dan destinasi lainnya setelah event pameran selesai. Untungnya kos-ku cukup besar untuk menampung enam orang sekaligus. Jadi mereka bisa tinggal di sana dan tak perlu mengeluarkan biaya penginapan.
"Enggak, deh. Aku mau cerita-cerita aja soalnya kita, kan, jarang ketemu."
Aku tertawa. "Nanti di kos juga bisa cerita banyak sampe begadang kayak biasa."
"Aaa," Nayya mengerucutkan bibirnya. "Kangen ONT, gak, sih..."
"Banget!" seruku. "Temen deketku sekarang gak sebanyak kita gini. Jadi lumayan sepi, sih..."
"Makanya call aja kalo mau ngobrol-ngobrol. Ah! Tapi, kan, ada Kavi sekarang. Masa kesepian, sih?"
Aku mendengus mendengar godaan darinya. Nayya adalah orang yang paling antusias ketika kuceritakan bahwa aku sudah punya pacar. Ia senang sekali waktu itu dan berkali-kali bertanya padaku, Kavi itu orang yang bagaimana. Ketika kuceritakan tentangnya dan memberi tahu wajahnya, ia sontak langsung setuju dan mendoakan semoga aku dan Kavi langgeng sampai jenjang pernikahan. Hahaha, ada-ada saja.
"Ya, tetep beda aja rasanya. Seru kalo kita bisa deeptalk kayak dulu lagi."
"Iya, yah," Nayya berdecak kecil. "Ya tapi hidup, kan, emang gini. Harus pisah buat ngejar impian masing-masing."
Aku mengangguk. Suasana terasa makin sedih ketika matahari perlahan turun digantikan bulan. Aku melirik Adhia dan Puspa yang ada di seberang kami, juga Nisha dan Kayla yang ada di belakangnya.
Teman-temanku sudah dewasa sekarang. Terbukti dengan riasan tipis yang selalu ada di wajah kami ketika hendak bertemu semenjak kuliah. Dulu boro-boro memakai riasan, untuk memakai tabir surya saja, kadang Nayya masih harus ku paksa.
Meski begitu aku bersyukur pertemanan kami tetap seperti dulu. Seperti setahun, dua tahun, bahkan tiga tahun lalu. Kayla masih sama pintarnya seperti dulu, bahkan lebih. Nisha pun rasanya makin sabar ketika tadi kulihat ia dengan tenang menanggapi dan membantu Adhia yang masih juga ceroboh kelupaan membawa kaos kaki. Puspa tampak seperti kating galak yang gemar meng-ospek maba, dan itu tak sepenuhnya salah karena katanya ia masuk ke dalam anggota BEM. Lalu Nayya, tetap centil, heboh, dan manja pada orang-orang terdekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Habis Kelana
Teen Fiction[Bagian kedua dari kisah Satu Cerita Untuk Kamu] Semuanya mereda dan berjalan semestinya, hingga Renjana bertemu Kavi Yogaswara. Lelaki dengan segala kebaikannya. Kavi punya semua, apapun yang Renjana butuhkan. Menjadikan keduanya saling mengagumi d...