Rose mengangkat sebelah tangannya memberi aba-aba untuk berhenti gadis itu menjatuhkan diri dengan nafas yang tersengal-sengal."Aku bangga, kau masih hebat seperti dulu rose"
Alice berujar begitu santai sehingga mengundang tatapan jengah dari rose, reflek tangannya terangkat ke udara saat botol minuman melayang ke arahnya, segera gadis itu meminumnya sampai tandas.
"Kau meragukan kemampuanku?" Dengus rose Lalu mengeluarkan sebuah tisu didalam tasnya dan mengelap keringat yang membanjiri wajahnya.
"Sial, tubuhku jadi lengket" Gumam rose, kemudian berdiri menghampiri sang kembaran yang duduk bersandar ditembok.
Rose meninju bahu sang kembaran membuat Alice menoleh ke arahnya
"Ada apa? Kenapa melamun?"
Alice menutup mulutnya ia bernafas lega bahwa rose sangat cerdas dan masih gesit dalam bela diri, Ia bersyukur. Setidaknya rose bisa siap menghadapi kejamnya dunia, walaupun kemungkinan rose hanya bisa melawan gangster bukan sekelas mafia.
Rose melirik jam yang sudah menunjukan pukul jam empat sore, gadis itu segera berdiri membuat Alisa tersadar dan beralih menatap rose yang berjalan ke arah pintu.
"Aku akan bekerja, kita bertemu dirumah ya Alice"
[]
"Astaga, sepertinya aku tidak bisa hidup ditempat kumuh seperti ini"
Lalisa gadis itu tidak bisa berhentinya menggerutu disepanjang jalan. "Rose, aku menyesal dengan ucapanku tadi seharusnya aku tidak ikut denganmu"
Orang yang dipanggil rose itu hanya bisa menghela lelah "Lisa berhenti berbicara, antarkan saja makanan ini"
Lisa kembali berdecak gadis itu menatap bangunan yang kumuh ia bahkan merasa bahwa bangunan ini akan rubuh kapan saja sejujurnya ia cukup kaget saat wonwoo tiba-tiba mengutusnya kemari untuk mengantarkan makanan kesebuah pinggiran kota.
"Coba kau ketuk pintu itu" Perintah rose pada sebuah apartemen didepanya.
"Kenapa bukan kau saja sih" sebal Lisa, walaupun begitu Lisa mengetuk pelan pintu apartemen itu.
"Permisi"
Rose memperhatikan lisa dibelakang gadis itu mengernyit dahi saat melihat wajah panik lisa lantas rose berlari kearahnya dan memukul tangan pria berotot yang hendak menyeret lisa untuk masuk ke dalam l.
Rose buru-buru menyeret lisa berlari menuruni tangga, setelah sampai dibawah rose langsung merengkuh tubuh sang sahabat yang menangis histeris.
"Maafkan aku lisa, berhenti menangis, kita sudah jauh dari mereka"
"Hiks aku takut sekali, rose aku ingin pulang"
Rose mengangguk meraka pun segera memasuki mobil taksi, taksi yang mereka naikin pun berjalan meninggalkan tempat kumuh tersebut rose melihat ke arah luar jendela sungguh ia tidak sadar bahwa ternyata mereka mengantarkan makanan sangat jauh dari kota, terlihat dari jendela bahwa mereka berdua tengah melewati hutan yang tidak pernah mereka lalui sebelumnya.