11.

107K 7.7K 85
                                    

Sudah 5 menit lamanya Jihan terduduk diam di kursi kantin.
Alex yang tengah berada di hadapannya, sedari tadi menatap Jihan dengan tatapan yang tak bisa Jihan artikan.
Cowok itu melipat kedua tangannya dengan pandangan masih lurus menatap Jihan.

"Ngomong." Ucap Alex iba-tiba, memecah keheningan mereka.

Jihan menatap Alex sebentar, sebelum mengalihkan tatapannya lagi.

Terlihat Jihan menautkan kedua jarinya di bawah meja, lalu menundukkan kepalanya, tak berani membuka suara.

"Angkat kepala lo." Ucap Alex lagi.

Tangan Alex terangkat untuk menyentuh dagu Jihan lalu mendongakkan kepala cewek itu. Membuat Jihan mau tak mau membalas tatapan Alex.

Alex menatap Jihan lama sebelum kembali berucap, dengan tangan Alex masih berada di dagu Jihan.

"Jihan.." ucap Alex sambil menatap Jihan intens.

"Jangan pernah nunjukin kalo lo takut kepada siapapun."
Alex terdiam sebentar.

"Karena dunia ini— berbahaya bagi mereka yang takut." Ucapan itu, membuat Jihan terdiam.

Sedangkan Alex yang tadinya menatap ke arah bola mata Jihan, perlahan turun menuju ke bibir cewek itu.

Jihan merasa jari Alex kini mengusap bibir bawahnya sebentar, sebelum perlahan menjauhkan tangannya dari dagu Jihan.

Jihan melihat.
Dirinya tadi melihat sesuatu di mata Alex selain tatapan tajam cowok itu.
Jihan tadi melihat dengan jelas ada kepedihan di mata Alex saat Alex mengucapkan kalimat tadi.

Hanya sebentar, sebelum Alex kembali menatapnya tajam.

Kenapa?
Ingin sekali Jihan mengucap kata itu, namun dirinya lagi-lagi merasa bimbang. Dirinya bukan siapa-siapa Alex, sampai harus dengan beraninya bertanya seperti itu.

Jihan melihat Alex kembali menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan kembali menatap Jihan tajam.

"Makan." Ucap Alex singkat, saat melihat Jihan hanya terdiam menatap intens dirinya.

Tiba-tiba tangan Alex bergerak untuk mengambil sendok di piring Jihan, lalu tanpa aba-aba memukul kening Jihan pelan dengan sendok itu, membuat Jihan memekik pelan sambil memegang keningnya sendiri.

"Akhh!" Pekik Jihan.
"Sakit Alex!" Adu Jihan, menatap Alex tajam.

"Makanya makan, jangan ngelamun."

Jihan menatap Alex dengan tatapan permusuhan, sebelum tangannya merebut sendok di tangan cowok itu dan mulai memakan nasi gorengnya sambil menggerutu.

___

Bel masuk kelas belum berbunyi, namun Jihan terpaksa harus kembali ke kelas dengan cepat karena sialnya dirinya tadi lupa untuk mencatat tulisan di papan tulis.

Semua gara-gara Gerald sialan itu.
Gerutu Jihan dalam benaknya.

Saat sedang sibuk menulis catatan di papan tulis, Jihan terperanjat saat tiba-tiba saja seseorang menabrak bahunya, membuat buku Jihan otomatis tercoret.

Sial! Hari ini Jihan benar-benar sial!

Jihan mendongak menatap orang itu yang Jihan rasa, orang sial itu memang sengaja menyenggol bahunya.

Baru saja Jihan ingin mengamuk, diriya tiba-tiba terdiam saat melihat ternyata sang pelaku tersebut adalah Alex.

Alex yang tengah berdiri menjulang di sampingnya, menunduk menatap Jihan dengan raut menyebalkan sambil salah satu alis cowok itu terangkat.

Jihan menghembuskan nafasnya kasar.

Cowok ini benar-benar!

Baru saja Jihan ingin menonjok lengan Alex, tangan Jihan tiba-tiba terhenti di udara saat Gerald tiba-tiba lewat di samping bangkunya.

Jihan terdiam, tak berani menatap Gerald yang kini sudah duduk tepat di belakang bangku Jihan.

Membuat tangannya yang masih terangkat di udara perlahan turun. Tubuh Jihan lalu kembali berbalik menghadap ke depan dan lanjut menulis rangkuman papan tulis itu ke dalam bukunya dalam diam.

Sedangkan Alex, yang melihat gerak tubuh Jihan tadi saat Gerald lewat, menatap Gerald dengan tatapan penuh arti sebelum kembali melangkah menuju ke arah bangku nya berada.

Di bangku barisan paling depan, terlihat Jihan tengah mencatat sambil bergerak gelisah di bangkunya.

Jihan sedikit yakin jika Gerald sedari tadi menatap ke arah punggungnya.
Cowok itu sekarang bahkan sengaja menyentak-nyentak bangku Jihan dengan kuat sampai bangkunya bergerak-gerak.

Karena sudah tak bisa konsentrasi menulis, Jihan akhirnya menutup bukunya. Dirinya nanti akan meminjam catatan temannya yang lain saja untuk di foto.

Sekarang Jihan sesegera mungkin harus pindah dari sini sebelum Try Out dimulai.

Menutup bukunya, Jihan terlihat berfikir sebentar sebelum bangkit dari kursinya dan membereskan seluruh peralatan alat tulis, juga bukunya.

Jihan memutuskan akan pindah sementara.

Dirinya memasukkan semua barangnya ke dalam tas, lalu melangkahkan kakinya ke arah meja Alex sambil membawa tas ranselnya.

Saat dirinya sudah sampai di meja Alex, terlihat Alex mendongak menatap cewek itu dengan alis terangkat satu dan tatapan bertanya.

Jihan terdiam sebentar, lalu melirik Gerald yang berada dibaris ke dua, sebelum menoel-noel lengan Alex.

"Ga tenang duduk disitu. Boleh pindah sini sebentar? Nanti pindah lagi."
Ucap Jihan pelan, sambil masih menoel tangan Alex.

Alex yang melihat itu, menatap Jihan dengan geli.

Alex lalu menyenderkan punggungnya pada kursi, dan menatap Jihan dengan tatapan menyebalkan sambil melipat kedua tangannya.

Tak lama Alex menyeringai dan menggelengkan kepalanya, membuat Jihan benar-benar ingin memukul kepada cowok itu.

"Hari ini aja. Soalnya abis ini ada Try Out, Gerald nanti tendang-tendang kursi ku lagi."

Alex tak menjawab, cowok itu tetap terdiam menatap Jihan sebelum membuka mulutnya.

"Buat gue seneng. Gue izinin lo disini sampai lulus." Ucap Alex penuh maksud, membuat Jihan terdiam bingung.

"Sekarang?"
Tanya Jihan ragu.

Alex mengangkat kedua bahunya.
"Di Apartment gue juga boleh, kalo lo pengen lebih 'private'."

Jihan sebenarnya bingung maksud dari ucapan Alex tadi, namun karena ingin cepat, dirinya meng'oke' kan saja, membuat Alex akhirnya menyeringai puas.

Alex akhirnya menggeser tubuhnya dan menyuruh Jihan untuk duduk di bagian dalam meja, sedangkan cowok itu berada di bagian luar.

"Sekarang lo lebih takut sama dia dari pada sama gue?" Alex berucap sambil menatap Jihan saat Jihan sudah duduk di sampingnya.

Jihan yang sedang mengeluarkan buku dari dalam tas, menatap Alex sekilas, lalu mengangguk dengan polos.

Melihat anggukan Jihan, Alex menyeringai senang.

Bukan tanpa alasan Jihan pindah ke sini.
Setelah berfikir panjang tadi, Jihan takut jika dirinya pindah ke tempat temannya yang lain, Gerald malah akan menargetkan teman sebangkunya.

Disini lebih aman.
Sebangku dengan Alex, Jihan berani bertaruh Gerald tak akan berani mengganggu Alex.

_____

5 Juni 2023

Ngeliat komen baru sadar, ternyata aku update seminggu sekali ya😂
Mulai minggu depan aku usahain dua/tiga kali sehari deh.

Dear Alex, Count Me In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang