36. (17+)

146K 5.8K 446
                                    

Semua translate ada di kolom komentar.

__

Alex akhirnya membalikkan badannya setelah terdiam cukup lama disana.

Pria itu kembali menghampiri Jihan tanpa berucap apa-apa.

Namun tanpa Jihan duga, Alex tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke Jihan dan mencium bibir Jihan lagi singkat, sebelum pria itu benar-benar keluar dari kamar, meninggalkan Jihan yang menatap punggung Alex dengan raut wajah sedih.

___

Alex menatap jam di pergelangan tangannya.

Hari sudah gelap, sepertinya Jihan belum juga bangun dari tidurnya, karena tanpa Jihan tau, Alex tadi memberikan satu pil obat tidur kepada Jihan agar Jihan mau tak mau beristirahat dan tak perlu ke kantor lagi.

Alex meregangkan otot punggungnya yang terasa sedikit sakit akibat terlalu lama berada di depan laptop. Sepertinya karena Alex duduk dengan posisi kurang baik jadi tulang punggungnya sakit seperti ini.

Melepas kacamata nya, Alex mengusap wajahnya sebentar.

Pria itu menatap pintu kamarnya yang di dalam sana terdapat Jihan.
Sudah larut begini, Jihan belum juga bangun.

Alex sepertinya harus memeriksa perempuan itu.

Air minum, obat dan makanan sudah Alex sediakan di atas nakas, seharusnya jika Jihan sudah bangun maka sudah tak perlu apa-apa lagi.

Dengan pelan, Alex berjalan ke arah kamarnya.

Namun baru saja Alex membuka knop pintu, dirinya malah mendapati di dalam sana, Jihan sudah terbangun dan saat ini tengah duduk bersila sambil menatap pemandangan jalanan dari kaca besar transparant kamarnya yang langsung menghadap jalanan.

Alex terdiam sebentar menatap Jihan.

Tanpa berkata, dirinya menghampiri Jihan dan ikut duduk di sana, tepat di samping Jihan.

Matanya juga ikut menatap apa yang tengah Jihan lihat saat ini. Yang ternyata, di jalanan depan sana, telah terjadi pembegalan berkomplotan.

Alex bisa melihat betapa ricuhnya keadaan disana, karena sepertinya terdapat satu korban yang sudah sampai meninggal dunia.

Alex tau karena dirinya bisa melihat korban itu di bawa ke dalam sebuah ambulans dengan kain putih di atasnya. Menandakan pasien tersebut sudah tak sempat tertolong.

Ditengah keheningan di dalam kamar, tiba-tiba saja Jihan bersuara.

"Alex.."
Panggil Jihan tanpa menatap Alex.

"Hmm?"
Alex hanya berdehem saja.

"Why do all the monsters come out at night?"
Tanya Jihan, dengan mata yang terus menatap keramaian itu.

Banyak warga beramai-ramai sedang memaki para begal itu, dan juga polisi yang sedang menertibkan warga sekitar karena disana ada beberapa warga yang kini main hakim sendiri.

Jihan pikir orang yang main hakim itu adalah keluarga korban.

Karena jika Jihan yang menjadi keluarga korban, kemungkinan dia juga akan main hakim sendiri, Jihan benci melihat monster-monster seperti pembegal itu berkeliaran di jalan.

Dear Alex, Count Me In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang