Yaampun sorry bgt lama update.
Abis kerja capek banget, kadang udah ga punya tenaga lagi buat mikir😩___
Lo duluan ke apart, gue ada kerjaan abis ini. Pulang malem.
Jihan terhenti di depan pintu apartment Alex saat membaca pesan yang baru saja Alex kirimkan itu. Lalu sedetik kemudian, cewek itu segera membalas pesan Alex dengan kalimat "oke".
Baru saja dirinya hendak memasukkan pin apartment Alex, tiba-tiba saja, dari arah unit apartment miliknya, terdengar suara seseorang hendak keluar pintu.
Dengan cepat, Jihan memencet pin apartment Alex dan segera masuk ke dalam apartment itu sebelum abangnya melihat dirinya.
Jihan bersandar di depan pintu yang sudah tertutup sambil mengatur nafasnya. Dirinya lalu melihat ke dalam lubang pintu, ingin tau keadaan abangnya sekarang seperti apa tanpa dirinya.
Jika ingin jujur, dari dalam lubuk hatinya, Jihan sebenarnya sangat khawatir dengan keadaan abangnya.
Ada yang mengurus saja saja Brian sering melewatkan makannya, bagaimana jika Jihan tidak ada?Apa abangnya sudah makan? Mengapa tubuhnya terlihat lebih kurus dari kemarin?
Apa abangnya tak makan teratur?
Abangnya pasti tak membersihkan apartment mereka. Cowok itu mudah sakit jika berada di tempat yang kurang bersih.
Banyak sekali sebenarnya ke khawatirkan dalam benak Jihan kepada laki-laki itu.Jihan kembali membalikkan badannya menyender pada pintu, lalu mengusap wajahnya pelan.
Sial. Apakah dirinya terkena sindrom Stockholm?
Setelah di siksa sedemikian rupa oleh abangnya, mengapa dirinya tetap saja memperdulikan abangnya? Tapi mau bagaimanapun perlakuan cowok itu kepada Jihan, hanya abangnya lah satu-satu nya kerabat Jihan di dunia ini.Terlihat Jihan kembali mengusap wajahnya sebelum menjauh dari pintu tersebut.
Jihan berjalan menuju ke kamar mandi untuk berganti seragam sekolah dan membersihkan makeup nya yang dirinya pakai sebelum berangkat sekolah tadi untuk menutupi bekas pukulan abangnya tempo hari lalu di wajahnya.
Masih banyak sekali bekas keunguan di wajahnya. Setiap kali dirinya di pukul seperti ini, Jihan mau tak mau harus menggunakan make up hingga satu minggu lamanya, sampai memar di wajahnya menghilang.
Setelah dirinya menghapus make up. Di depan sana, Jihan bisa melihat warna pipinya yang meng-ungu akibat bekas tamparan abangnya, juga mata dan wajahnya yang masih sedikit bengkak.
"Jelek banget." Ucap Jihan saat melihat pantulan wajahnya sendiri tanpa make up di depan cermin.
Beberapa detik menatap cermin itu, Jihan akhirnya menyudahi acara self-hate nya sendiri dan mulai menghidupkan shower untuk dirinya mandi.
Setelah mengingat jika dirinya tadi pagi sudah membersihkan apartment Alex, artinya saat pulang sekolah dirinya tak perlu membersihkan apartment cowok itu lagi.
Mungkin nanti Jihan hanya tinggal memasakkan makan malam untuk dirinya dan Alex.
Jihan jadi bertanya-tanya, sebelum dirinya pindah kesini, apa Alex mengerjakan semuanya sendiri? Masalahnya Jihan tak melihat ada ART disini.
Kalau iya Alex mengerjakan semua sendiri, Jihan akan benar-benar kagum dengan cowok itu.
Jaman sekarang seperti ini, cowok mana yang mau mengerjakan pekerjaan rumah seperti ini?Jihan mengambil handuk di lemari sebelah wastafel, lalu mulai membalut dirinya sendiri menggunakan handuk.
Jihan tadi lupa untuk mengambil pakaian di kamar, karena dirinya memang tak berniat untuk mandi.
Jadinya dengan kecepatan cahaya, dirinya menuju ke kamar dengan hanya menggunakan handuk. Berdoa semoga saja Alex tak tiba-tiba muncul di hadapannya.
Jihan menghembuskan nafasnya lega saat sudah sampai di kamar. Berjalan santai menuju ke kopernya, Jihan mengambil satu set kaos oversize dengan bawahan celana pendek katun dan mulai memakai baju rumahannya.
Ngomong-ngomong, apa Alex tidak pulang lagi ya? Kemarin malam, saat mereka sedang berdebat siapa yang tidur di kamar dan siapa yang tidur di sofa, Alex tiba-tiba saja pergi saat mendapat panggilan telfon, dan tak kembali lagi sampai Jihan bertemu Alex di dalam kelas.
Cowok itu tak pergi karena dirinya disini kan?
Tanya Jihan, overthinking sendiri dalam benaknya.Jihan yang sudah selesai memakai pakaiannya, kembali menggeledah kopernya untuk mengambil buku-buku beserta kertas yang abangnya robek kemarin untuk Jihan perbaiki.
Mata Jihan mengedar, menatap sekitar kamar untuk mencari isolasi. Dirinya tak berani untuk membuka laci atau lemari cowok itu.
Atau beli aja ya?
Jihan berpikir sejenak, namun cewek itu memutuskan untuk melihat di area lain. Barangkali cowok itu meletakkan isolasi di atas meja atau di tempat terbuka lainnya.Melangkahkan kakinya keluar kamar, Jihan mulai mengintari seluruh area ruangan. Tak lama, wajah cewek itu tampak cerah saat melihat terdapat isolasi di atas meja sebelah sofa.
Namun saat akan mengambil isolasi itu, Jihan tak sengaja melihat terdapat secarik kertas di bawah isolasi itu, tertulis "Surat Keterangan Pindah Sekolah".
Lagi-lagi, mata Jihan tak sengaja melihat isinya. Dirinya tiba-tiba saja membelalak matanya saat melihat nama sekolah Alex yang dulu sebelum cowok itu pindah ke sekolah Jhhan.
Sekolah Bina Bangsa.
Sekolah yang Jihan tau tempat anak-anak orang kaya berkumpul.
Mengapa Alex mau-mau saja pindah ke sekolah Jihan yang notabenenya sekolah negeri biasa.Jihan menggelengkan kepalanya saja.
Namun saat kembali melihat isi surat itu lagi, Jihan tiba-tiba terdiam saat melihat tanggal kelahiran cowok itu.
Tanggal 12, bulan Juni.
Jihan mengernyitkan keningnya saat mengingat sesuatu.
12 Juni? 12 Juni!?!— bukannya hari ini?!____
Ada saran cast yang cocok untuk Jihan dan Alex?
Ayo keluarkan pacar Korea, China, Thailand dan western kalian!🙌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alex, Count Me In [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Jihan mengetuk pintu unit apartment Alex, cowok yang tinggal berhadapan dengan unit apartment Jihan. Pipi cewek itu terlihat lebam dengan air mata mengalir, namun herannya wajah cewek itu terlihat datar...