Jihan saat ini tengah menangis di dalam kamar Alex.Diusapnya air matanya dengan kasar beberapa kali sambil sesegukan.
Tak lama, terdengar pintu kamar terbuka dan memunculkan Alex dari sana. Cowok itu terlihat hanya terdiam menatap ke arah Jihan dari ujung pintu.
"Sorry gue pake kamar lo bentar."
Jihan mengusap air mata nya lagi, kali ini tangisnya mereda, namun tetap saja sesegukannya belum juga berhenti.Alex tak menanggapi ucapan cewek itu.
Ditatapnya Jihan dari sini.
"Lo mau gue bunuh mereka?"
Ucap Alex santai.Kepala Alex menunduk dengan kedua tangan yang menyilang.
"Mereka udah bikin lo nangis kayak gini." Lanjutnya.
Jihan yang mendengar itu hanya tertawa, dirinya tak menyangka jika Alex bisa mengucapkan lelucon seperti ini.
"Ga usah gapapa." Ucap Jihan yang masih tertawa.
"Eh tapi kalo dibikin pingsan aja bisa?"
Alis cewek itu naik turun sambil tersenyum, menanggapai lelucon Alex.Disana, Alex tak menjawab. Cowok itu masih menundukkan kepalanya menatap sepatunya, entah apa yang tengah berada di pikiran Alex, Jihan tak tahu.
"Kalo udah nangisnya, ikut gue ke ruang depan."
Ucap Alex, sebelum beranjak dari sana.Jihan melihat punggung Alex yang berlalu.
Menghembuskan nafasnya, Jihan mencoba menghentikan sesegukannya dan menormalkan raut wajahnya, sebelum pergi menyusul Alex untuk keruang depan.
Saat Jihan membuka pintu kamar, dirinya langsung di suguhi pemandangan Alex yang tengah duduk di sofa dengan meja penuh dengan lembaran kertas yang Jihan tak tahu apa isinya.
"Itu apa?" Jihan mengenyitkan kening melihat itu, sambil kakinya melangkah mendekat ke Alex.
"Duduk." Tangan Alex menepuk-nepuk sofa di sampingnya, menyuruh Jihan untuk duduk disana.
Dengan patuh Jihan menurut.
"Lo dapet duit buat hidup selama ini dari mana?"
Tanya Alex tiba-tiba, yang membuat Jihan makin mengernyitkan keningnya, namun tetap saja cewek itu menjawab pertanyaan absurd Alex."Dari warisan ibu pas meninggal, abang yang bagiin."
Alex terdiam.
Cowok itu lalu menyerahkan satu map kepada Jihan, yang langsung Jihan terima dengan raut wajah yang sangat kentara bingungnya.
"Nyokap lo ga punya harta peninggalan. Duit lo selama ini dari abang lo."
Deg.
Terdiam, tangan Jihan yang hendak mengambil map sodoran Alex tiba-tiba terhenti.
Mata cewek itu menatap tak percaya ke arah Alex, sebelum mengambil sodoran map itu.
Perlahan Jihan membukanya, tangan cewek itu bahkan terlihat bergetar saat ingin membuka isinya.
Dan... benar saja ucapan Alex tadi.
Tangan Jihan membalikkan kertas demi kertas yang berada di dalam map itu.
Dirinya membaca dengan seksama angka demi angka yang tertera disana.
Semua berisi transferan uang dari rekening orang lain ke abangnya, yang setelah itu langsung abangnya transfer ke rekening Jihan.
"Abang lo kerja, semua duitnya buat lo. Sedangkan buat kebutuhan dia sendiri ngutang."
Jihan menatap kosong ke arah kertas itu, tangan Jihan meremas kertas itu sampai pinggiran kertasnya terlihat lecek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alex, Count Me In [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Jihan mengetuk pintu unit apartment Alex, cowok yang tinggal berhadapan dengan unit apartment Jihan. Pipi cewek itu terlihat lebam dengan air mata mengalir, namun herannya wajah cewek itu terlihat datar...