Alex mendorong Jihan ke dinding toilet dan mengurung tubuh cewek itu diantara kedua lengannya.
Rahang cowok itu terlihat mengeras menatap Jihan.
"Lo kenapa bodoh banget?!"
Desis Alex didepan wajah Jihan.Ucapan dan intonasi mengerikan cowok itu, baru kali Jihan dengar. Dan mampu membuat Jihan benar-benar menciut kali ini.
Baru kali ini Jihan melihat Alex semarah ini, dan sialnya target amarah cowok ini adalah Jihan.
"Alex.."
Jihan menghentikan ucapannya sebentar sebelum kembali berbicara."G-gue ga akan minta maaf karena udah mukul dia. Ucapan dia udah bener-bener keterlaluan banget."
Jihan memberanikan diri menatap tepat ke manik mata Alex."Ta-tapi gue mau minta maaf kalo perbuatan gue bikin pertemanan kalian jadi pisah."
Sambil menunduk, jihan berkata pelan seperti itu.Jihan tau dirinya telah bertindak gegabah tanpa memikirkan konsekuensi atas perbuatannya. Tapi jika harus diam saja melihat orang lain berucap menyakitkan seperti itu, Jihan benar-benar akan menggorok kepalanya sendiri karena perasaan bersalah.
Alex mengangkat tangannya untuk menyentuh dagu Jihan dan mendongakkan kepala cewek itu paksa.
"Lo pikir itu yang gue peduliin sekarang?"
Ucao cowok itu dengan nada rendah.Kepala Jihan terdongak akibat perbuatan cowok itu yang menarik dagunya ke atas dengan paksa, benar-benar membuat Jihan takut sekarang.
Cewek itu kini bahkan terlihat hampir menangis.
"Kalo b-bukan itu jadi apa?"
Ucap Jihan, mencoba tetap menormalkan suara nya agar tak bergetar."Lo segitu beraninya ke Nico, kenapa ga lo terapin ke Gerald hah?!"
Sindir cowok itu kepada Jihan, tanpa menjawab pertanyaan Jihan tadi.Alex yang tadinya hanya memegang dagu jihan ringan, kini sedikit meremasnya. Membuat Jihan meringis akibat perbuatan cowok itu, namun tetap dirinya harus terlihat berani dihadapan Alex.
"Gue udah sering liat dia be-berantem. Ga akan bisa ngelawan dia.. D-dia lebih jago dari gue." Balas Jihan.
"Terus lo pikir lo bisa ngelawan Nico?!"
Ucapan cowok itu membuat Jihan terdiam.
Namun dalam hatinya, cewek itu membenarkan ucapan Alex.
Jihan menatap sembarang, tak berani menatap mata Alex.
Tak sadar setitik air mata mengalir keluar di pipi cewek itu."Gue bisa ngehandle semuanya, gue bisa ngelindungi diri gue sendiri. Tapi lo? Apa lo bisa?"
Raung cowok itu, sebelum kembali berucap."Kalo seandainya bajingan itu pengen bales dendam sama lo, apa lo mampu ngelindungin diri lo sendiri?!"
Alex sedari tadi mencecar tanpa menunggu balasan Jihan sama sekali.Sedangkan Jihan yang mendengarkan perkataan cowok itu, hanya bisa terdiam dan menahan air matanya sambil sesekali terisak.
"Apa lo bisa hah?!"
Tanya Alex lagi dengan ekspresi mengeras.Terlihat Jihan menggelengkan kepalanya.
Namun beberapa detik setelah itu, Jihan meralat gelengannya dan mengubahnya menjadi menganggukan kepala.
"Alex.. gue tau gue kelihatan lemah dan sering nangis di hadapan lo."
"Tapi Alex... Gue ga selemah itu..."
Jihan berhenti berucap sebentar sambil sesegukan."Gue lebih berani dari yang lo pikirin Alex."
Lirih Jihan yang kini telah berani menatap mata cowok itu.Alex terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alex, Count Me In [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Jihan mengetuk pintu unit apartment Alex, cowok yang tinggal berhadapan dengan unit apartment Jihan. Pipi cewek itu terlihat lebam dengan air mata mengalir, namun herannya wajah cewek itu terlihat datar...