29.

99.1K 7.2K 579
                                        

Alex sedari tadi menatap Jihan yang hanya berdiri terdiam di depan ranjang Brian.

Brian belum juga siuman, dokter tadi mengabarkan jika Brian memerlukan perawatan inap di rumah sakit meskipun nanti Brian sudah sadar.

Alex yang sudah tak tahan dengan kelakuan Jihan yang hanya terdiam menatap kosong abangnya itu, akhirnya menggengam tangan Jihan dan menariknya untuk duduk di sofa kamar vip ini.

"Duduk." Ucap Alex penuh penekanan.

"Mau nunggu abang bangun."
Jihan akhirnya bersuara, namun kalimat yang keluar dari mulut Jihan lagi-lagi membuat Alex menghembuskan nafas pelan.

Baru saja Jihan ingin berdiri, dengan cepat Alex kembali menarik tangan Jihan dan mendudukan Jihan lagi di sofa.

"Dari sini kan keliatan."
Suara Alex melunak. Alex lalu mengangkat tangannya untuk mengusap dahi Jihan yang terdapat beberapa bulir keringat, sebelum mencium lembut dahi itu agar pemiliknya merasa tenang.

Tangan Alex lalu menangkup kedua pipi Jihan untuk mengarahkan wajah Jihan kepadanya.
"Lo tunggu disini, daripada berdiri."
Ucap Alex mencoba bernegosiasi dengan Jihan.

Jihan menatap Alex sebentar, sebelum akhirnya mengangguk.

Tatapan Alex terus teruju pada Jihan, tak lama cowok itu perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Jihan lalu mengecup bibir itu pelan.

Alex terus melumat bibir itu, sambil mendorong Jihan pelan agar punggung cewek itu bersandar di sofa.

Alex hanya ingin tatapan kosong mengerikan milik Jihan itu hilang sejenak.

Saat dirinya masih menciumi bibir Jihan.

Tiba-tiba saja, pintu kamar rumah sakit terbuka dengan kencang, lalu memunculkan ibu tiri Alex disana dengan raut marah menatap ke arah Jihan dan Alex.

Jihan terdiam bingung, namun lain halnya dengan Alex. Cowok itu ikut terdiam, namun tubuhnya terlihat kaku.

Dirinya kembali mengingat masa lalu kelam yang coba hilangkan dari otak nya.

Dengan wajah merah padam, wanita itu berjalan perlahan, tak lama senyum tipis tercetak diwajahnya.

Senyum itu— bukan senyuman seorang ibu saat menatap anak nya, tapi seperti senyum mengerikan yang diberikan penjahat saat menatap ke arah korbannya.

Hingga saat wanita itu menggerakkan tanganya yang sedari tadi bersembunyi dibelakang punggungnya, Alex memelototkan matanya saat melihat benda apa yang ternyata wanita itu sembunyikan dari balik belakang punggungnya.

"FUCK!"

DOR!

Alex berteriak tepat saat bunyi tembakan terdengar.

Jihan mematung, dirinya masih mencerna apa yang terjadi saat ini.

Saat ibu tiri Alex mengarahkan pistolnya ke arah Jihan tadi, Alex dengan cepat langsung memeluk Jihan erat.

Jihan tak tahu apa yang terjadi saat ini, namun saat tangannya yang berada di belakang punggung Alex bergerak, Jihan merasa ada sebuah cairan yang mengalir di tangannya.

Mencoba memberanikan diri, Jihan menarik tangannya untuk melihat cairan apa itu.

Namun saat dirinya melihat cairan merah melumuri tangannya, dengan tangan gemetar Jihan memanggil Alex.

Dear Alex, Count Me In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang