31.

94.8K 7.6K 366
                                        

Di dalam mobil, Alex sedari tadi tak berucap sepatah katapun. Dirinya menatap ke depan, tatapan matanya begitu tajam, rahangnya mengeras.

Perlahan, tangannya mengepal mengingat kejadian tadi.

Rasa rindu akan wajah itu, suara itu, aroma tubuh itu...

Tak boleh.

Jihan tidak boleh muncul disaat seperti ini. Alex tak akan membiarkan kejadian 5 tahun lalu kembali terulang.

Mengapa Jihan harus datang kepadanya?

Mengapa harus sekarang?

Tidak bisakah cewek itu tetap berdiam diri saja sampai semua ini selesai dan Alex sendiri yang mencarinya?

Alex mengusap wajahnya gusar, dipijitnya pangkal hidung nya untuk mengurangi pening akibat pikirannya sendiri, ditambah dengan aroma tubuh Jihan yang kini ikut masuk kedalam mobil dan tercium oleh Alex saat kaca mobilnya tadi di buka.

Anggap saja Alex gila, tapi aroma tubuh Jihan benar-benar tercium dan melekat di dalam mobil sampai membuatnya pening seperti ini.

Alex benar-benar rindu...

Apa yang Jihan lakukan disini sebenarnya?

Sial, sepertinya Alex harus mencari tahu. Terlalu janggal bagi Alex untuk Jihan yang tiba-tiba saja berada di kota dan negara yang sama dengan dirinya.

___

Jihan mengusap menghela nafasnya untuk yang kesekian kali.

Pertemuannya dengan Alex tadi membuat fokus Jihan benar-benar pecah. Sungguh sulit bagi dirinya untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya saat ini.

Jihan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Alex.. lo bener-bener benci gue?"
Lirih Jihan tak jelas.

"Jihan, proposal yang kemarin sudah siap?"

Jihan tersentak saat seseorang memanggil dirinya. Dengan cepat Jihan mendongakkan kepala menatap mba Lily yang sudah berdiri di samping meja kantornya.

"Hello, proposal."
Mba Lily mengulang ucapannya lagi saat melihat Jihan dihadapannya hany diam menatap nya.

"Ahh maaf, apa tadi? Proposal?"

Dengan cepat, Jihan memalingkan wajahnya ke arah meja nya. Tangannya lalu begerak untuk mengambil tasnya yang berisi flashdisk proposal yang harus Jihan print dan diberikan kepada pak Andra hari ini, manager divisi pengembangan sistem untuk di tanda tangani.

"Udah siap, tapi belum di print."
Ucap Jihan sambil menggeledah isi dalam tasnya.

Tangan Jihan berhenti mencari saat dirinya tak menemukan flashdisk itu di kantung kecil tasnya.

Wajah Jihan memucat, dirinya lalu membongkar semua isi tas itu, barangkali terselip di ujung tas.

Saat semua barang di dalam tasnya telah terkeluar, Jihan mematung saat dirinya tak juga menemukan flashdisk itu.

Matilah ia, sudah tadi telat masuk kantor, sekarang malah flashdisk nya yang hilang.

Jihan menolehkan kepalanya ke arah mba Lily yang saat ini raut wajahnya benar-benar terlihihat masam.

"Mba maaf, saya lupa membawa flashdisk-nya. Bisa izin sebentar 10 menit untuk kembali ke apartment saya? Saya janji hanya 10 menit."
Jihan bangkit dari duduknya, dengan cepat dia membereskan tasnya lalu berbicara sambil menatap mba Lily memohon.

Dear Alex, Count Me In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang