Cerita baruu, semoga kalian suka🙌🏻
Happy reading baby.____
Jihan mengemas buku pelajarannya ke dalam tas dalam diam, air mata yang sedari tadi mengalir di pipinya, segera ia usap dengan kasar. Beberapa buku yang sialnya sudah tak dapat masuk ke dalam tasnya karena banyak nya buku pelajaran yang harus cewek itu bawa, membuat Jihan memutuskan untuk memegang sebagian bukunya agar tas usang cewek itu tak robek.
"Sial." Lirih cewek itu sambil kembali mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir
Menutup resleting tas nya dengan cepat, Jihan langsung mengambil tasnya lalu menggendong tas ransel itu di punggung. Siap dengan urusannya bukunya, ia segara membalikkan badannya dan berjalan lurus ke depan pintu untuk mengambil sepatu sekolahnya, yang setelahnya langsung memakainya dengan cara tak santai.
"Jangan lupa, pulang sekolah beliin gue bir bitch" teriak abang nya dari dalam kamar yang pintu nya tak tertutup.
Jihan tak menghiraukan teriakan cowok itu, dirinya menutup telinga nya dengan kuat, membuat abangnya yang masih setengah mabuk akibat pesta alkohol semalam berteriak lagi memanggil nama Jihan berkali-kali.
Terdengar suara derap langkah mendekat, membuat Jihan makin panik.
"Masuk sial." Geramnya, melihat sepatu yang hendak ia pakai malah sulit untuk dimasukkan. Jihan mengusap air matanya lagi dengan kasar, cewek itu akhirnya menghembuskan nafas lega setelah kakinya berhasil masuk kedalam sepatu itu, sebelum dengan cepat membuka pintu apartment-nya untuk keluar dari sana.
Bertepatan dengan pintu apartment-nya yang di buka, penghuni yang menempati unit apartment tepat di depan unit apartment Jihan juga keluar. Jihan tau orang itu, cowok menyeramkan itu murid pindahan sekolahnya yang baru saja masuk seminggu yang lalu. Namanya Alex.
Jihan menyebut cowok itu menyeramkan bukan tanpa alasan. Selain karena memang wajah cowok itu yang terkesan dingin dan jarang berbicara dikelas, tapi alasan pertama yang membuat Jihan menyebut cowok itu menyeramkan adalah karena dirinya pernah sekali melihat Alex tengah berkelahi dengan 5 orang sekaligus, sedangkan cowok itu hanya sendiri.
Dan yang membuat Jihan lebih tercengang lagi adalah cowok itu mampu menghabisi kelima nya dengan tangan kosong. Memang dia terlihat banyak terluka, tapi kalian harus melihat kelima lawannya bahkan terlihat jauh lebih terluka, dengan satu orang pingsan.
Membuat Jihan sedikit yakin alasan cowok itu pindah sekolah di saat sudah akhir kelas 12 seperti ini adalah karena ia di keluarkan dari sekolah lamanya. Mungkin juga bisa jadi karena orang tua nya pindah kerja dan mengharuskan cowok itu ikut pindah juga? Tapi Jihan sama sekali belum pernah melihat orang tuanya atau siapapun datang ke apartment cowok itu, yang artinya ia pindah sekolah karena memang dirinya cowok bermasalah di sekolahnya?
Masih dengan keterdiamannya di depan pintu apartmentnya yang sudah tertutup, Jihan sedikit tersentak saat mata cowok itu tiba-tiba saja menatap tajam dirinya.
Sial, Jihan tak siap jika harus mencari masalah dengan cowok itu.
Dengan kikuk, Jihan memutus tatapan mereka dan melihat ke arah mana saja, asal tak menatap mata cowok itu. Namun setelah beberapa detik sadar dengan sikap konyolnya tadi, Jihan akhirnya dengan cepat mengambil kunci apartmentnya yang masih menggantung di kenop pintu, lalu segera berjalan dengan cepat menuju ke lift yang akan membawanya menuju lantai 1 gedung. Gedoran abang nya sedari tadi dari dalam apartment bahkan tak terdengar oleh telinga Jihan.
Apa-apaan tadi?
Dirinya tak akan mendapat masalah kan? Sial, harusnya Jihan tadi berpura-pura tak melihat cowok itu saja, dari pada bertingkah aneh dengan menatap sekeliling seperti sapi bodoh.
Untung saja pintu lift segera menutup, Jihan tak tahu bagaimana nasibnya jika harus berduaan dengan Alex di lift sempit ini.Ting!
Suara lift berbunyi, membuat Jihan terburu-buru keluar dari lift tersebut saat dirinya menatap angka 6:28 pada jam tangan di pergelangan tangannya.
Sambil berlari menuju ke terminal bus, tangan Jihan mengambil hansaplast yang selalu ia sediakan untuk menutupi memar akibat pukulan abangnya. Kali ini Jihan sedikit bersyukur karena memar yang ditinggalkan berada di area lengannya yang tertutup baju sekolah, membuat Jihan tak repot lagi untuk sekedar menutupi memar itu.
Tepat pukul 6:30, bis yang Jihan tunggu berhenti. Jihan menaiki bis tersebut lalu menempelkan kartu khusus pelajar yang bisa membuat dirinya mendapat biaya transportasi bis gratis.
Setelah mencari kursi dan duduk dengan tenang, dirinya kemudian membuka buku pelajaran yang sedari tadi digenggamnya dan mulai fokus belajar tanpa memperdulikan sekitar.
Namun tiba-tiba, fokusnya sedikit buyar saat Jihan merasakan seseorang duduk di kursi samping nya.
Bukannya masih banyak kursi kosong?
Jihan yang sedang menunduk membaca buku tak sengaja melihat celana orang tersebut.
Celana kotak-kotak khas sekolahnya.
Mendongakkan kepala, cewek itu hampir saja menjatuhkan buku nya saat melihat ternyata seseorang yang duduk dismpingnya adalah Alex.
Cowok itu duduk dengan sialnya disamping Jihan sambil menutup matanya, entah cowok itu berniat ingin tidur atau tidak.
Jihan bergerak dengan gelisah, rencananya yang ingin belajar tadi seketika menjadi batal. Dirinya jadi sulit berkonsentrasi kalau seperti ini. Posisi duduknya yang berada didalam, membuat cewek itu tak mungkin untuk keluar dari sana.
"Lo takut sama gue?" Ucap cowok itu tiba-tiba, dengan mata yang masih terlihat menutup.
Jihan membatu mendengar suara cowok itu. Perlahan, Jihan mendongakkan wajahnya menatap Alex, berbarengan dengan itu, Alex membuka mata dan ikut menatap Jihan intens.
"Lo takut sama gue?" Ulang cowok itu lagi sambil menyeringai. Membuat lidah Jihan kelu untuk sekedar menjawab pertanyaan cowok itu.
___
Kaku banget, udah lama ga nulis.🫨🫣
8 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alex, Count Me In [END]
Ficción General[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Jihan mengetuk pintu unit apartment Alex, cowok yang tinggal berhadapan dengan unit apartment Jihan. Pipi cewek itu terlihat lebam dengan air mata mengalir, namun herannya wajah cewek itu terlihat datar...