32. (18+)

218K 6.6K 182
                                        

Jihan menghapus air matanya yang sedari tadi mengalir.

Beberapa orang yang masuk ke dalam kamar mandi menyernyit melihat seorang wanita tengah menangis kejar sambil mengomel.

"Alex sialan." Jihan sesegukan sambil terus mengusap air matanya kasar.

Hatinya sakit, dadanya sesak diperlakukan seperti itu.

Apa yang harus Jihan lakukan sekarang?

Mencari pekerjaan sungguh sulit dijaman sekarang.
Jihan tak ingin kembali merepotkan abangnya.

Jihan tak ingin abangnya kembali menjadi tulang punggung mereka.

Jihan mengusap wajahnya frustasi.

Baiklah.
Tekatnya sudah bulat, Jihan tetap akan mempertahankan pekerjaan nya saat ini.

Dirinya tak ingin menyerahkan surat pengunduran diri sialan itu kepada Alex.

Jihan mengusap air matanya untuk yang terakhir kali, sebelum menghentikan tangisnya dan membasuh wajahnya menggunakan keran air.

Baru saja Jihan hendak membuka pintu toilet, dirinya tiba-tiba terkejut melihat pak Andra sudah berada di hadapannya, di depan toilet.. perempuan?

Jihan menolehkan kepalanya ke arah pintu, melihat sign board toilet yang menunjukkan jika toilet ini merupakan toilet khusus perempuan.
Jihan sudah benar dan tak ada yang salah, dirinya juga melihat jika sedari tadi para wanita yang berlalu lalang disini.

Jadi ada urusan apa pak Andra kesini?

"Ini.. toilet perempuan pak."
Jihan berkata sedikit ragu.

Terlihat pak Andra tertawa mendengar ucapan Jihan.
"Saya tau, saya bisa melihat Jihan."

"Lantas ada perlu apa bapak kesini?"

Pak Andra terdiam, pria itu menatap Jihan dalam sebelum mengeluarkan suaranya.

"Bisa kita berbicara di sana?"

Jihan mengangguk dengan wajah yang masih sembab.

Sampai mereka sudah agak menjauh dari keraiamian,  pak Andra langsung memegang kedua tangan Jihan, yang membuat Jihan kaget luar biasa.

"Maaf, ada apa ya pak?" Tanya Jihan sambil mencoba menarik tangannya kembali.

Bukannya melepas tangan Jihan, pak Andra makin mengencangkan genggamannya pada tangan Jihan.

"Jihan, kamu mau saya bantu agar bisa tetap bekerja di perusahaan ini?"

Pria itu berbicara sambil sedikit mengelus tangan Jihan yang berada di genggamannya.

Jihan yang merasa ini sudah tak benar, mencoba menarik tangannya lagi dan kali ini berhasil.

"Maaf pak Andra, saya pikir lebih baik kita berbicara di kantor saja."

"Jihan... saya sebenarnya menyukai kamu dari sejak kamu masuk kantor. Jika kamu bisa menerima cinta saya, saya akan membantu kamu untuk tetap di perusahaan ini."

Brengsek!

Jihan ingin kembali menangis rasanya.

Selama ini, ternyata Jihan salah mengartikan setiap perilaku baik pak Andra, ternyata pria ini memilik maksud lain.

Jihan sudah bersiap untuk kabur dari sana, sebelum pak Andra menarik pinggang Jihan dan menyuruh Jihan untuk kembali ke tempat semula.

"Saya bisa menjerit dan melaporkan ini pak Andra."

Jihan menyentak tangan pria itu yang berada di pinggangnya, baru saja dirinya akan menjerit.

Pak Andra langsung membekap mulut Jihan dan hendak menarik Jihan ke toilet pria yang terlihat sepi.

Dear Alex, Count Me In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang