Alex menghentikan aktivitas mengetik pada ponselnya, lalu menatap Jihan dengan pandangan serius. "Artinya.. lo bisa ngapain aja disini. Termasuk ngebunuh orang."
Ucapan cowok itu, membuat Jihan terdiam seketika.
Tak lama, terdengar tawa paksa dari Jihan.
"L-lucu." Jihan berbicara dengan gelagapan sambil memalingkan wajahnya kaku.
Apa-apaan, menakuti dirinya seperti itu.
Mana mungkin kan ada tempat seperti itu?
Ya... kan?
Pikir Jihan, yang tiba-tiba menjadi ragu.
Baru saja Alex ingin membuka mulutnya, dari arah belakang tiba-tiba saja Jihan dikejutkan dengan seseorang yang menepuk pundak nya, membuat Jihan kaget dan langsung menatap sang pelaku.
"Alex?" Sapa orang itu kepada Alex, sambil menatap Alex dengan seringai.
Sedangkan Jihan yang ditepuk bahunya, menatap bingung ke arah cowok itu.
'Orang ini bodoh atau bagaimana. Siapa yang di tepuk, siapa yang di sapa.'
Tangan Jihan bergerak ke arah bahunya sendiri, untuk menyingkirkan tangan cowok itu.
Gerakan Jihan itu, membuat cowok itu memalingkan wajahnya ke arah Jihan dengan raut wajah yang entah mengapa, terlihat sangat menyebalkan menurut Jihan.
"Cewek lo Lex?"
Tanya cowok itu sambil mendengus geli."Minggir."
Alex berucap datar sambil menatap cowok itu dengan tatapan tajam.Sudah Jihan duga, pasti cowok ini bermasalah. Meskipun Alex selalu berekspresi datar dan tak jarang berkata menyakitkan. Namun sejauh yang Jihan tau, Alex sangat jarang menatap orang lain dengan pandangan permusuhan seperti itu.
Jika cowok itu menatap seseorang dengan pandangan tersebut, artinya Alex benar-benar membenci orang itu...?
"Wow, easy bro. Gue cuma mau nyapa doang."
Tangan cowok itu terangkat dua-dua nya seperti tengah dalam pose menyerah sambil menatap Alex menyeringai.Dion yang masih berada di koridor pintu masuk, sedari tadi melihat Nico berjalan mendekat ke arah Alex. Dion mengamati sambil tak melepas pandangannya dari Nico. Namun, saat tiba Nico menyentuh bahu Jihan tadi, dengan marah Dion langsung mendekat ke arah cowok itu.
Saat sudah sampai di samping Jihan, Dion dengan cepat mendorong Nico menjauh dari Jihan.
"Lo ga diundang, mending cabut daripada abis di sini."Nico yang merasa tubuhnya tiba-tiba saja terdorong ke arah belakang oleh seseorang, terdiam sebentar. Tak lama cowok itu mendengus sinis lalu menatap Dion tajam.
"Dion.... apa kabar nyokap lo? Terakhir kali gue denger, nyokap lo masih jadi pelacur? Apa sekarang masih? Tapi kalo ngeliat anaknya kayak gini, gue rasa nyokap lo masih ngelakuin itu."
Melihat wajah Dion yang memerah akibat perkataannya, membuat Nico benar-benar puas dan makin melebarkan seringainya.
Terlihat Dion mendekat ke arah Nico dengan raut menyeramkan dan kepalan tangan yang siap untuk menonjok bajingan itu.
"Bacot lo anjing."
Desis Dion.Namun belum sempat kepalan tangan Dion menuju ke wajah Nico. Tiba-tiba saja, dari arah samping, seseorang sudah melakukan itu sebelum Dion melakukannya.
Kejadian itu membuat Dion terdiam, lalu menatap pelaku tersebut dengan cepat.
Namun yang membuat Dion makin terkejut adalah, seseorang yang menonjok Nico hingga terkapar tadi adalah— JIHAN?
Dion menjatuhkan rahangnya menatap cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alex, Count Me In [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Jihan mengetuk pintu unit apartment Alex, cowok yang tinggal berhadapan dengan unit apartment Jihan. Pipi cewek itu terlihat lebam dengan air mata mengalir, namun herannya wajah cewek itu terlihat datar...