26.

82.4K 6.4K 148
                                    


___

Saat baru saja membuka pintu apartment, Jihan terdiam menatap ke arah Alex yang ternyata sedang tertidur di sofa.

Langkahnya perlahan mendekat ke arah Alex saat dirinya melihat kegelisahan Alex dalam tidurnya.

Jihan menatap cowok itu dari dekat, dilihatnya dahi Alex yang terdapat beberapa titik bulir keringat.
Tangannya lalu terangkat untuk mengusap peluh tersebut.

Usapan ringan Jihan pada dahi cowok itu, ternyata mampu membuat Alex terjaga.

Alex menatap Jihan.

"Makan dulu."
Ucap Jihan, yang kemudian langsung membantu Alex untuk menegakkan tubuhnya.

Jihan dengan gesit kemudian melangkahkan kakinya ke dapur hendak mengambil mangkuk dan sendok untuk Alex gunakan.

Setelah itu, dirinya membereskan meja dihadapannya guna memberi ruang untuk makanan yang baru saja dibelinya.

Jihan membuka bungkusan makanan itu dengan telaten sekaligus mempersiapkan sendok dan piring yang akan Alex gunakan.

Sedangkan Alex, cowok itu sedari tadi tak dapat menyembunyikan senyumannya saat melihat Jihan sedari tadi sibuk mondar-mandir mengurusi dirinya.

Setelah kedatangan Jihan dihidupnya, Alex jadi bertanya-tanya...

Apakah dirinya benar-benar mampu hidup sendiri?

Siap dengan urusan meja dan makanan, Jihan akhirnya menatap Alex yang kini tengah menatap dirinya sambil tersenyum.

"Udah, ayo makan."
Ucap Jihan yang kemudian menggeser mangkuk bubur tersebut ke Alex agar dekat dengan cowok itu.

Alex tersenyum sebentar kepada Jihan, lalu mulai mengambil sendoknya untuk menyuapkan bubur itu ke dalam mulutnya.

"Thanks anyway."

Jihan mengangguk membalas itu.

Setelah melihat Alex makan, Jihan akhirnya ikut menyuapkan bubur yang tadi juga Jihan beli untuk dirinya sendiri.

Keheningan tiba-tiba terjadi, hanya suara dentingan sendok yang terdengar di penjuru ruangan.

Bukan karena suasana canggung atau apa, tapi sepertinya Jihan dan Alex mempunyai prinsip yang sama untuk tidak berbicara saat makan.

Baru saja Jihan akan menyuapkan bubur terakhirnya, tiba-tiba terdengar suara keributan dari arah luar unit apartment milik Alex.

Sepertinya suara orang sedang bertengkar di koridor.

Jihan mengabaikan itu dan kembali memfokuskan pandangannya pada bubur dihadapannya, tangan Jihan yang hendak menyuapkan sendok itu tiba-tiba terhenti di udara saat dirinya mendengar suara yang sangat di kenalinya itu.

Suara abangnya.

Dengan cepat Jihan meletakkan sendok itu ke meja dan pergi ke arah pintu untuk mengintip keributan yang terjadi dari lubang pintu.

"Gue belum ada duit anjing."

"CARI TOLOL, GUE GA MAU TAU POKOKNYA BESOK LUNAS."
Pria di hadapan Brian menonjok muka abangnya hingga cowok itu terkapar dilantai.

Jihan terdiam saat melihat itu dari balik lubang pintu apartment.

Perlahan, tangan Jihan terkepal seiring dengan pukulan yang orang itu terus arahnya kepada abangnya.

Dengan cepat Jihan akhirnya membuka pintu apartment Alex dan menatap orang-orang itu yang kini juga terdiam melihat Jihan yang tiba-tiba muncul dari unit seberang.

Dear Alex, Count Me In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang