"Tak ada luka serius. Beruntung peluru tidak masuk terlalu dalam. Hanya melukai bagian luar kulit pasien."
Alex mendengarkan ucapan sang dokter dengan wajah yang terlihat sangat lelah.
Dokter mengatakan peluru tersebut tembus ke dalam rompi namun hanya mengenai bagian luar kulit.Mendengar itu, Alex meyakini peluru tersebut tembus karena jarak tembak yang terlalu dekat.
Sial, pasti Jihan sangat ketakutan saat itu."Saat ini biarkan pasien beristirahat dahulu."
"Kalau begitu, saya pamit."
Alex menganggukkan kepalanya, dirinya lalu mengucapkan terima kasih.
Setelah dokter itu pamit, terlihat Alex masih berdiri terdiam disana.
Matanya menatap kosong ke arah delan.
Perlahan tangannya terangkat melihat sebuah benda yang sedari tadi berada di genggamannya.Benda yang di berikan seorang perawat saat sedang membedah pakaian Jihan tadi.
Sebuah kamera kecil.
Kamera yang memperlihatkan semua kejadian yang Jihan alami tadi.
Tiba-tiba ucapan Jihan terngiang di otaknya.
"Alex, kamu ga boleh gini."
"Kamu ga boleh lemah kayak gini, ga akan pernah aku biarin."
Jihan, perempuan itu benar-benar melakukannya.
Perempuan itu benar-benar tak membiarkan Alex menjadi lemah.
Terdengar dengusan geli keluar dari mulut Alex.
Kepalanya lalu terdongak dengan mata terpejam, menahan air matanya lagi yang hendak keluar.___
Alex menatap Jihan yang masih terbaring di atas kasur rumah sakit dalam diam.
Diusapnya rambut Jihan berkali-kali, lalu di ciumnya pipi Jihan lama.
Sudah 5 jam Jihan belum jiga sadarkan diri.
Dokter bilang mungkin karena tubuhnya merasa shock akibat tembakan itu."Jihan, kalo gue bunuh mereka semua. Apa lo juga bakal nganggep gue monster?"
Ucap Alex pelan, sambil menatap ke tangannya yang sedang menggenggam tangan Jihan depan dengan tatapan kosong.Rahangnya mengeras, tangannya di bawah sana mengepal, mengingat apa yang mereka semua lakukan pada dirinya dan juga Jihan.
"Jangan."
Suara lembut dan juga lemah dari Jihan, tiba-tiba membuat Alex langsung menatap perempuan yang tadi nya tengah menutup mata itu, dan sekarang sudah membuka matanya dengan sayu."Jihan, kamu udah sadar?"
Alex seketika panik mengetahui Jihan yang sudah sadar. Dirinya dengan cepat memencet bel pasien."Jangan Alex."
"Kamu orang baik."
"Mereka ga pantes ngubah kamu jadi orang jahat."Ucapan itu. Ucapan Jihan itu mampu membuat Alex yang sedang memencet bel itu terdiam.
"Kamu orang baik."
"Mereka ga pantes ngubah kamu jadi orang jahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alex, Count Me In [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Jihan mengetuk pintu unit apartment Alex, cowok yang tinggal berhadapan dengan unit apartment Jihan. Pipi cewek itu terlihat lebam dengan air mata mengalir, namun herannya wajah cewek itu terlihat datar...