02. CEO muda

211 12 0
                                    

Halo... Nungguin cerita ini nggak?

Lagi pada sibuk apa sih kalian?

Ya udah, sempetin baca cerita ini walau beberapa kata aja ya bestie...

*****

Masih dalam posisi yang sama, Arin berdiri dan terkejut karena orang yang ada di depannya adalah orang yang dia tabrak waktu mau menuju ke lift itu. Bahkan orang itu seperti juga sudah menebak.

“Kok—lo ada di sini sih?” tanya Arin dengan wajah penasarannya.

Cowok itu pun berdiri dari kursi kebangsaannya itu. Dan mendekati Arin.

“Anda tidak melihat saya pakai baju apa?” ucap cowok itu dengan cool.

Oh tidak. Arin semakin tidak percaya. Nggak mungkin kan kalau cowok itu seseorang OB? Mana pakaiannya rapi banget lagi, udah layaknya Bos disini. Gaya wibawa cowok itu memang terlihat sangat jelas.

“Saya CEO PT. Next Inovation. Saya Jenandra Ghasan Atmaja, panggil saja Jenandra,” katanya dengan sombong.

Oh My Good. Arin semakin di buat melongo karena ucapan cowok itu. Salah, ini benar-benar salah di matanya. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu pada seorang CEO? Bahkan sekarang jantung Arin berdetak tak karuan. Ini antara dia takut di marahi atau nggak dia langsung tak di terima.

“Mm—maaf Pak, soal kejadian tadi—saya benar-benar nggak sengaja,” ujar Arin dengan wajah menunduk malu.

“Heh, anda pikir dengan minta maaf semua masalah selesai? Dimana tanggung jawab anda?!” bentak Jenandra kesal.

Kaku, diam, dan membisu. Itu yang di lakukan Arin sekarang. Bodoh, benar-benar bodoh. Kalau seperti ini caranya, dia yakin bahwa peluang untuk masuk ke Perusahaan ini adalah 0,1% aja.

“Jadi, anda—yang akan jadi assitent pribadi saya di kantor ini?” tanya Jenandra.

“Iy—iya, Pak.”

“Siapa nama anda?”

“Arina Geovani, Pak. Panggil saja Arin.”

Jenandra melihat Arin dari atas ke bawah, sama persis dengan Haikal waktu itu. Tatapannya tak seperti biasa. Bahkan dia memutari tubuh Arin kala itu.

“Oke, anda saya terima. Tapi, kita uci coba terlebih dahulu selama seminggu.” Jenan memutuskan hal itu.

“Ha? Uci coba? Mm—maksudnya di training dulu kan, Pak?” tanya Arin masih ragu.

“Iya.”

“Loh Pak, tapi kan—bukannya training itu sekitar satu bulan ya? Kenapa cuma seminggu?”

“Banyak protes ya anda! Suka-suka saya mau men-training anda sampai kapan!”

Itu membuat Arin menghela nafas panjang. Mau marah, tapi dia bukan siapa-siapa. Ingat, dia CEO. Mana mungkin Arin bisa melawan Bos macam dia.

“Huffft, kalau bukan CEO, udah gue smack down nih orang! Astaga, sabar Arin, sabar. Lo harus kuat, demi pekerjaan ini,” batinnya.

Jenan mengambil sebuah MaP di lokernya dan memberinya pada Arin.

“Tuh, anda harus pelajari semua apa yang saya butuhkan. Dan, pekerjaan anda sesuai yang tertera di map itu,” ucap Jenan.

Arin membuka isi Map itu. Sungguh terkejut, karena isinya adalah kebiasaan sang CEO, apa yang di suka dan tidak sukai CEO. Ini mah jatuhnya jadi kayak pembantu nggak sih?

Extraordinary Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang