Halo... Yorobun!!
Apa kabar?? Semoga sehat terus ya...
Lagi nungguin cerita ini nggak?
Ya udah yuk, langsung aja.
*********
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00, waktunya pulang kantor. Semua pegawai bersiap untuk pulang dan menutup pekerjaan masing-masing. Karena sudah ada peraturan tidak boleh ada yang di kantor setelah jam kerja selesai. Kecuali ada lemburan.
Peraturan itu di mulai sejak kejadian Arin waktu itu. Jadi, mereka memulai menerapkannya sekarang.
“Rin, aku pulang dulu ya. Kamu mau pulang bareng aku nggak? Aku bawa motor,” tawar Keysha dengan sangat lembut.
“Enggak usah deh, Sha. Ntar malah ngerepotin kamu lagi. Aku naik ojol aja atau nggak minta jemput sama temen aku,” jawab Arin dengan sopan juga.
“Yakin?”
“Iya, yakin. Makasih ya atas tawarannya.”
“Oke deh, kalau gitu aku duluan ya.”
Keysha pun pergi lebih dulu menuju parkiran sepeda. Menuju tempat lift. Sedangkan Arin masih bersiap-siap untuk bergegas ke lobby kantor menuju pintu keluar. Tapi sebelumnya juga harus naik lift sih.
Yaiyalah, itu kantor besar banget. Ada 20 lantai lagi. Ruangan Arin ada di lantai 17. Gila kan? Arin segera memesan ojol untuk pulang, karena Yasmin nggak bisa jemput. Dia ada lemburan di kantornya.
“Duh, kok nggak dapet-dapet sih driver ojolnya. Kalau kayak gini, gue telat pulang dong jadinya,” gumam Arin sambil berjalan menuju lift.
Sampai dia keluar lift bahkan sudah sampai di depan kantor pun, dia belum mendapatkan ojolnya. Makin panik dia jadinya.
Di lain sisi....
Jenan, Haikal dan juga Mahen baru saja keluar dari kantor lewat jalur depan. Lagi asik bercanda, tiba-tiba Haikal melihat ada Arin di depan yang sedang gelisah.
“Eh eh, tunggu!” cegah Haikal.
“Kenapa, Kal?” tanya Jenan.
“Itu Arin bukan? Kok belum pulang sih dia? Tumben banget,” heran Haikal sambil menunjuk ke arah Arin.
Jenan dan Mahen melihat ke arah yang di tuju Haikal. Itu memang benar Arin. Tapi, apa urusannya? Bahkan Jenan tak perduli itu. Dia justru beranjak pergi dari sana.
“Loh loh, Jen!” kejar Haikal mencoba menahan Jenan agar tak pergi.
“Apaan lagi?”
“Jen, lo gimana sih? Lo nggak mau samperin dia? Lo tanyain kek, kenapa dia belum pulang atau apa gitu,” saran Haikal.
“Ya ngapain gue nanyain dia? Itu bukan urusan gue!”
“Eh Jen, lo tega banget! Masak cewek lo biarin gitu aja malam-malam gini. Kalau sampai terjadi sesuatu sama Arin gimana?” kini giliran Mahen yang berbicara.
“Tau nih! Arin itu masih pegawai lo, jadi lo harus bisa bertanggungjawab sama dia!” ucap Haikal..
Jenan menghela nafas. “Terus gue harus gimana?”
“Ya lo tanyain lah bambang! Lo jadi cowok nggak peka banget!” kesal Haikal.
Jenan makin ke sini makin ke sana. Maksudnya itu, selalu jadi bahan paksaan kedua temannya. Kayaknya emang Haikal berniat mau menjodohkan Jenan dan Arin, kemudian karena Mahen peka, jadi dia mendukung niat baik Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Love✔️
Teen FictionPertemuan antara CEO dan gadis biasa yang secara tidak sengaja itu, membuat mereka menjadi saling mengenal. Walaupun setiap harinya harus di penuhi dengan pertengkaran. Arin, gadis muda, sarjana ekonomi yang berusaha mencari pekerjaan setelah lulus...