Apa kabar bestie??
Aku harap kalian baik-baik saja ya.
Semoga hari-hari kalian menyenangkan.
Ya udah langsung aja.
*********
Arin masuk ke dalam kamarnya. Setelah sampai dengan selamat, dan—setelah kejadian yang membuat jantungnya tak sehat. Sumpah, dia bisa gila kalau seperti ini.
“Arin,” panggil Fani dari luar sana.
“Iya, bu?”
“Ada Yasmin tuh di depan. Kamu temui dulu ya, barusan dateng,” ujar Fani.
“Iya, Bu,” teriaknya dan kemudian langsung bergegas berganti pakaian.
Setelah selesai, Arin beranjak keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang teras rumah untuk menemui Yasmin, sahabatnya. Dia sudah menunggu di sana.
“Loh, Yas? Kok lo nggak masuk ke dalem sih? Ngapain lo nunggu di luar?” tanya Arin sambil duduk di sampingnya.
“Nggak papa, di sini aja. Adem gitu ngelihat suasana luar,” jawab Yasmin yang justru membuat Arin bingung.
“Lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?”
“Gue—baik lah. Emangnya gue kenapa? Kelihatan gue nggak baik-baik aja?”
“Ya enggak, cuma—wajah lo itu, kayak kelihatan lagi galau.”
“Dih, apaan sih! Eeh, gue ini anti galau ya. Hubungan gue juga baik-baik aja.”
“Ya udah sih.”
Mereka sama-sama menikmati malam itu. Indah banget emang, apalagi ada bulan purnama. Hidup Arin memang sedang nggak baik-baik aja. Di tambah kerjaan yang selalu bikin dia pusing 7 keliling.
“Rin, gimana lo sama bos lo itu? Baik-baik aja kan? Atau—lo udah mulai jatuh cinta?” ledek Yasmin yang membuat Arin kesal.
“Lo apaan sih! Pertanyaan lo nggak bermutu banget. Justru gue sama dia tuh nggak pernah bisa akur, Yas. Gue capek!” kesal Arin.
“Rin, lo gimana sih?! Emangnya lo nggak ada kesempatan gitu buat—ngobrol sama bos lo, ambil hatinya, biar dia bisa lupa sama masalah lo dulu,” jelas Yasmin.
“Gimana maksud lo? Nggak ngerti gue.”
“Arin, gini ya. Kalau lo berhasil ambil hati dia sebagai karyawan terbaik, gue yakin, dia bakal lupa sama kesalahan lo yang udah buat dia putus dari pacarnya itu,” ucap Yasmin.
Arin terdiam. Dia berfikir apa yang di katakan Yasmin itu benar adanya. Kalau misalnya Arin berhasil membuat Jenan luluh, berarti dia bisa kan jadi karyawan tetap. Karena selama ini Arin juga susah, buat nentuin dirinya bisa jadi karyawan di kantor itu.
Apalagi dengan sifat Jenan yang seperti itu. Malah makin susah. Mana masa percobaan Arin tinggal 2 hari lagi.
“Iy—iya sih, lo bener juga. Cuma—itu nggak gampang kali, Yas. Apalagi sifat bos gue yang udah kek kampret itu,” ledeknya.
Justru itu membuat Yasmin tertawa. “Lo gila apa, ngatain bos lo kayak gitu? Coba aja lo bilang kayak gitu di depannya.”
“Gila lo! Yang ada gue di pecat hari itu juga.”
Yasmin dan Arin memang suka bertemu pas pulang kerja. Saling bertukar cerita, layaknya Kakak adik. Emang sih, mereka lengket hanget kayak perangko.
“Tapi Rin, gue yakin sih kalau bos lo itu pasti suka sama lo,” ujar Yasmin percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Love✔️
Teen FictionPertemuan antara CEO dan gadis biasa yang secara tidak sengaja itu, membuat mereka menjadi saling mengenal. Walaupun setiap harinya harus di penuhi dengan pertengkaran. Arin, gadis muda, sarjana ekonomi yang berusaha mencari pekerjaan setelah lulus...