05. Restoran Cinta

90 8 3
                                    

Suka makan?
Suka...

Suka ngemil?
Suka...

Tapi aku lebih suka kamu...
Aseek..

******



Di Resto, Jenan memesan makanan sebanyak mungkin. Dia ingin sekali menghabiskan waktunya di luar rumah. Oh ya, itu adalah Restoran langganan dia sejak kecil. Wajar jika pegawai dan pemilik Resto itu kenal dengan Jenandra. Namanya orang kaya.

“Bapak kenal sama—semua pegawai sini?” tanya Arin penasaran.

Karena memang semua pegawai di sini terlihat sangatlah ramah pada Jenan. Seperti seorang Bos sendiri. Kan aneh bagi Arin.

“Iya. Ini Restoran langganan saya dan keluarga saya sejak kecil. Mama saya sering ajak saya ke sini dulu, sekarang—” Jenan menggantung perkataannya.

“Sekarang—kenapa, Pak?” tanya kembali Arin yang penasaran akan kalimat selanjutnya.

“Udahlah, nggak papa. Kita duduk!” ajak Jenan.

Arin memang tidak mau membahas jika Jenan sendiri tidak mau menceritakannya. Jadi, ya mau nggak mau dia menuruti perkataan Jenan saja, yaitu duduk di kursi yang sudah di siapkan oleh pelayan.

Beberapa menit kemudian...

Makanannya sudah datang. Sungguh, makanan ini terlalu banyak bagi Arin. Bahkan itu terlalu mewah untuknya. Ini beneran kan? Dia bahkan tak pernah melihat makanan sebanyak ini lho. Arin sampai bengong.

Gila sih, makanan sebanyak itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gila sih, makanan sebanyak itu. Mana sehat semua lagi. Jenandra kalau mesen nggak mikir-mikir dulu. Selagi dia suka, langsung aja.

“Ya udah, makan. Di lihatinnya aja nggak bakal bikin kenyang,” ujar Jenan sambil mengambil sumpit di sebelahnya.

Itu justru membuat Arin jadi semakin tak tau harus gimana. Mau makan, tapi rasanya dia tak sanggup. Dia belum pernah makan-makanan seperti itu. Apa itu halal? Apa itu makanan yang bisa di makan? Mungkin itu yang ada di pikiran Arin sekarang.

“Mm—maaf Pak, tapi, apa makanan ini—”

“Kamu tenang aja, makanan itu halal. Saya juga nggak suka makanan haram,” jawabnya yang seakan tau pertanyaan Arin.

Arin mencoba memakai sumpit itu. Tapi rasanya susah sekali. Seperti mau dia buang saja sumpitnya. Mending pakai tangan nggak sih, repot banget deh. Tapi, untungnya di sebelahnya lagi ada sendok. Dia pun lebih memilih memakai sendok untuk makan.

Jenan melihat itu sedikit tertawa. Mungkin dalam batinnya berkata ‘Dasar cewek norak’ gitu kali ya.

Saat mereka sedang menikmati makanan, tiba-tiba Arin melihat mangkok dalam makanan Jenan ada sesuatu yang tidak boleh dia makan. Yaitu timun. Jenandra tidak bisa makan timun. Dengan sigap, Arin segera mengambil timun itu dan menaruhnya di piring lain. Itu membuat Jenan terheran.

Extraordinary Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang