12. Bersamamu

72 8 3
                                    

Haloo... Hai....

Ingin ku menyapa kaliaan..

Apa kabar? Apa yang kalian sukaa dari cerita ini?

Jangan lupa pencet bintangnya ya

*********




Setelah bertengkar hebat, akhirnya Arin dan Jenan pulang bersama. Arin mau di antar Jenan pergi ke toko buku untuk membeli alat gambar buat adiknya. Sedangkan karyawan lain menunggu Jenan di Restoran terdekat.

Tapi, sejenak Arin terdiam. Bukan karena apa, masalahnya ini bukan ke tempat toko buku biasa. Melainkan tuku buku luar biasa.

“Mm—maaf, Pak. Ini kita kemana ya?” tanya Arin dengan wajah bingungnya.

“Katanya kamu mau ke toko buku. Ya saya ajak kamu ke toko buku lah, masak ke warung kopi, aneh kamu!” ucap Jenan sinis.

Saat memarkirkan mobilnya, Jenan langsung mengajak Arin masuk ke dalam. Rasanya nggak sanggup. Itu toko buku besar, layaknya di mall-mall gitu. Bukan toko buku biasa. Ini gimana ceritanya? Mana, orang-orangnya juga berbobot lagi. Bukan seperti pegawai biasa.

“Selamat malam, ada yang bisa kami bantu, Pak?” tanya pegawai itu dengan ramah.

“Hhmm, saya mau cari alat untuk menggambar buat anak sekolah,” ujar Jenan.

“Baik, sebelah sini, Pak.”

Mereka pun mengikuti arahan pegawai wanita cantik itu. Sumpah, mereka berpakaian aja udah kayak pramugari. Ini toko benar-benar besar banget. Gila. Gimana Arin bisa membeli alat gambar untuk Raka? Padahal kan, niat dia ingin membeli yang murah-murah aja. Kalau tempat seperti ini, nggak mungkin kan harganya 2000an?

“Ini, Pak. Kami ada banyak sekali pilihan. Anda bisa memilih yang versi biasa atau versi lengkap,” tawar pegawai itu.

Wow. Itu benar-benar di luar nalar Arin. Itu kalau di beliin buat Raka, pasti dia senang nggak ketulungan. Tapi—pastinya juga harganya nggak ketulungan.

“Adik kamu suka yang mana?” tanya Jenan menoleh ke arah Arin.

Arin membelalakkan kedua matanya. “Pak—Bapak nggak salah nanya kan?”

“Kenapa?”

Arin lebih mendekat ke arah Jenan. “Pak, saya ini cuma bawa uang 25.000 aja, ya kali saya beli alat gambar ini seharga 2x lipatnya.”

“Ya udah, sekarang kamu pilih yang mana buat adik kamu. Saya yang bayar,” bisik Jenan.

Deg.

Loh ini beneran? Jenan yang bayar? Arin justru malah terkejut dua kali lipat. Sebenarnya dia nggak yakin, apa maksud dan tujuan Jenan melakukan ini? Karena kelamaan memilih, Jenan yang memutuskan.

“Mbk, saya beli paket gambar yang lengkap,” ucap Jenan.

“Loh—Pak, tapi—” potong Arin.

“Yang limited edition juga nggak papa. Yang jelas, alat gambarnya lengkap,” lanjut Jenan tanpa memperdulikan omongan Arin.

Pegawai itu langsung bergegas mencari barangnya. Apapun yang terbaik untuk Jenan. Arin makin panik di buatnya. Gila emang, perkara alat gambar doang harus limited edition lho. Astaga.

“Yang ini, Pak? Kami ini hanya punya satu stok aja. Jadi, kami menyarankan agar anda beli ini saja,” ujar pegawai itu.

“Boleh, saya beli satu!”

What? Arin nggak habis thinking. Dia beli itu kayak beli kerupuk. Nggak di tawar dulu kek atau apa. Mana nggak di tanya harganya berapa, langsung main beli aja.

Extraordinary Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang