Halo halo ...
Pada nungguin cerita ini comeback nggak?
Enggak ya?
Ya udah gpp, langsung aja ya ....
*******
Setelah mengusir Karina dari kantor, Jenan langsung menghadap ke arah Arin dan meminta maaf atas kelakuan Karina yang di luar dugaan dia. Bahkan dia meminta maafnya aja sepertinya tulus dari hati banget.
‘‘Rin, maafin dia ya. Emang dia seperti itu orangnya, nggak habis fikir aja sama dia. Kadang suka aneh,” jelas Jenan.
“Hhmm—nggak papa kok Pak, saya juga—memaklumi itu. Lagian—calon istri Bapak kan wajar jika bersikap gitu,” ucap Arin asal.
Jenan terkejut. “Siapa bilang dia calon istri saya? Kamu kalau ngomong jangan sembarangan ya!”
“Loh, emangnya bukan Pak? Saya kan cuma denger dari orang-orang kantor aja.”
“Dia bukan calon istri saya. Dia mantan saya, dia juga yang mutusin saya kok, jadi bukan salah saya kalau saya bersikap seperti itu sama dia!” jelas Jenan.
Jenan menjelaskan pada Arin layaknya memberikan penjelasan pada sang pacar agar dia tidak salah paham. Aaah sungguh membuat saya berbunga-bunga.
Arin hanya mengangguk paham. Entah apakah dia senang atau tidak dengan jawaban Jenan yang sebenarnya itu.
“Tapi Pak, kenapa Bapak harus bohong sama dia kalau saya ke sini karena ada tugas? Saya kan cuma ingin memastikan keadaan Pak Jenan,” tanya Arin.
Jenan emang sedikit kesal kala itu. Pasalnya, Arin terlalu banyak nanya. Dan dia memang sepolos yang Jenan kira. Jadi wajar dia selalu banyak nanya hal yang tidak dia ketahui.
“Arin, kalau saya bilang jujur sama Karina soal keberadaan kamu di sini, yang ada dia semakin marah. Dan akan membuat kamu jera bahkan balas dendam.”
“Dan aku nggak mau itu terjadi,” ucap Jenan.
Deg.
Arin terdiam sejenak. Sempat nge-bug dulu saat itu karena tidak mengerti maksud Jenan. Apa yang di katakan Jenan? Apa maksudnya itu kalau dia nggak mau sampai Arin kenapa-kenapa?
“Ya sudah deh Pak, kalau gitu saya kembali bekerja. Banyak kerjaan yang harus saya kerjakan hari ini,” pamit Arin.
Saat Arin berpamitan dan di perbolehkan oleh Jenan untuk kembali ke ruangan, tiba-tiba saja Arin teringat sesuatu. Dia menoleh kembali ke arah Jenan dengan tatapan intens, itu justru membuat Jenan terkejut.
“Ada apa?” tanya Jenan.
Arin langsung berjalan ke arah Jenan kembali dengan wajah panik.
“Pak, apa—karena saya, hubungan Bapak sama Bu Karina jadi putus?”
“Maksudnya?”
“Kan Bapak pernah bilang kalau gara-gara saya salah nelfon, Pak Jenan jadi di putusin sama Bu Karina.”
“Iya! Kamu baru sadar?”
Arin merasa bersalah. “Ya Allah Pak, maafin saya ya, Pak! Saya benar-benar nggak bermaksud buat ngelakuin hal itu. Saya nggak tau, kalau—misalnya itu Bapak.”
Melihat Arin begitu merasa bersalah, membuat Jenan jadi punya ide. Dia memang serba bisa. Dan suka banget jahilin orang.
“Oh ... Jadi kamu merasa bersalah? Baru bisa mengakui itu semua?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Love✔️
Teen FictionPertemuan antara CEO dan gadis biasa yang secara tidak sengaja itu, membuat mereka menjadi saling mengenal. Walaupun setiap harinya harus di penuhi dengan pertengkaran. Arin, gadis muda, sarjana ekonomi yang berusaha mencari pekerjaan setelah lulus...