32. Makan bersama

95 11 3
                                    

Haloo....

Rindu nggak sama mereka berdua?

Siapa nih yang paling kalian rindukan?

Aku nggak ada yang rindu yaa?

Ya udah langsung aja...

******











Jenan dan Arin masih terdiam di sana. Kemudian tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil mereka dari kejauhan. Membuat mereka tersadar.

“Arin!” teriaknya.

Itu suara Fania, Ibu Arin. Dia keluar dari rumahnya dan melihat Arin yang sedang mengobrol dengan seseorang yang tidak di kenal oleh Fania.

“Iya, Bu!” teriak pula Arin.

“Sini nak, kenapa kamu ngobrol di luar? Ajak temen kamu masuk sayang,” ucap Fania dengan lembut.

Mampus. Di ajak masuk nggak tuh. Arin bingung, dia nggak mau kalau Jenan masuk ke rumahnya, takutnya malah jadi hinaan buat dia. Apalagi, keluarganya yang sederhana ini. Apa kata dia nantinya?

Tanpa babibu, Jenan justru berjalan mendahului Arin. Dia melewati Arin untuk segera menuju ke Fania.

“Loh, loh, Pak Jenan!” Arin berusaha mencegah jalannya Jenan agar tidak menghampiri Ibunya.

“Apa sih, Rin?”

“Bapak mau kemana?”

“Saya mau ke Ibu kamu lah. Itu Ibu kamu kan?”

“Ngapain? Pak, itu nggak perlu. Lagian, Bapak—nggak mau berlama-lama kan di sini? Jadi lebih baik pulang aja.”

“Kamu ngusir saya?”

“Bukan gitu Pak, lagian—Bapak katanya nggak suka mampir ke rumah saya.”

Ucapan demi ucapan Arin pun tak di gubris sama sekali oleh Jenan. Dia justru tetap berjalan menuju ke Ibu Arin, Fania. Makin panik dong Arin.

“Eh eh Pak, bentar,” cegah Arin.

“Apalagi sih? Saya memang mau pulang, tapi saya mau pamitan ke Ibu kamu.

“Ibu saya? Pamitan?”

“Kenapa nggak boleh juga? Sama orang yang lebih tua nggak boleh pamitan? Nggak sopan!” ledek Jenan.

Dia terus berjalan menghindari Arin yang aneh itu. Jenan tersenyum lebar pada Fania kala itu. Begitu bahagianya Jenan saat menyalami Fania dengan sopan. Calon mantu idaman banget nggak tuh?

“Loh, ini—bukannya nak Jenan ya?” ucap Fania terkejut.

“Kok Tante tau? Saya—belum memperkenalkan diri lho,” heran Jenan.

“Owalah nak Jenan, tanpa kamu memperkenalkan diri pun, Tante juga tau siapa kamu. Siapa sih yang nggak kenal sama CEO perusahaan IT terkenal? Semua orang tau,” jelas Fania.

Mendengar ucapan Fania, Arin jadi tersinggung. Kan cuma dia yang nggak tau kalau Jenan adalah seorang CEO. Waktu pertama kali ketemu aja di sangka pegawai. Aneh banget.

“Si Tante bisa aja,” ucap Jenan malu.

Sumpah sih, Arin geli saat itu. Kenapa sikap Ibunya jadi berubah 180° sama Jenan? Ah bisa gila ini.

“Nak Jenan, udah makan malam?” tanya Fania.

“Hhm saya? Be—belum Tante, tadi rencana sih habis nganterin Arin pulang, saya mau cari makan dulu,” jelas Jenan dengan rasa sopannya.

Extraordinary Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang