19. Hari Apes

66 8 0
                                    

Halo  hai ....

Apa kabar?? Semoga kalian baik-baik saja ya bestie.

Gimana, masih pengen lanjut cerita ini?

Ya udah langsung aja.

********




PT. Next Inovation Indonesia, 08.00

Hari ini hari pertama Arin jadi pegawai tetap di kantor itu. Dia senang banget. Bisa jadi pegawai kantor terkenal se-Indonesia. Bahkan dia bangga sama diri sendiri. Dia masuk dengan perasaan bahagia.

Bahkan dia di sambut baik oleh para karyawan di kantor itu. Berlari kecil dan melompat-lompat layaknya anak kecil yang habis di belikan permen.

“Ah gue masih nggak nyangka, kalau gue bakal jadi pegawai tetap di kantor ini,” gumam Arin dengan senang.

Tingkah Arin yang random itu, sampai terlihat oleh seseorang. Dan itu sangat memalukan bagi Arin.

“Arin,” panggilnya.

Mendengar itu, dia berhenti bertingkah. Dan melihat siapa yang memanggilnya itu.

“Pak Jenan?”

“Seneng banget kayaknya. Kenapa? Karena keterima jadi pegawai tetap di sini? Iya?” tanya Jenan sedikit meledek.

“Iy—iya dong, Pak. Saya senang sekali. Dan saya bersyukur, kalau Bapak mau menepati janjinya untuk saya.”

“Maksud kamu?”

“Ya—Bapak itu laki-laki sejati. Karena mau menepati janjinya.”

Mendengar itu, Jenan jadi agak sedikit luluh. Dia tersenyum tipis. Bagi Jenan, Arin adalah orang pertama yang benar-benar bisa membuat hati Jenan bergerak. Walaupun masih belum ada rasa cinta.

“Tapi, kamu harus ingat. Tugas kamu adalah jadi sekretaris saya, bukan assistent lagi. Jadi, kemana-mana harus sama saya,” jelas Jenan.

Deg.

Waduh. Arin jadi terdiam. Maksudnya gimana ini? Kenapa hati Arin serasa di permainkan? Bukan, maksudnya bukan perasaan. Tapi ini pekerjaannya.

Masalahnya, Arin aja nggak mau berurusan dengan CEO. Dia ingin bekerja dan memiliki jabatan yang tidak banyak berhubungan dengan CEO. Tapi justru ini? Aah...

“Gimana? Bisa nggak?”

“Tapi Pak—anda kan bisa, cari sekretaris Bapak yang lebih dari saya.”

“Maksudnya gimana?”

“Ya—maksudnya, anda kan juga udah ada sekretaris, kenapa harus saya?”

“Oh, kamu mau saya pecat hari ini juga?”

Arin membelalak. “Jangan, Pak! Belum juga bekerja sebagai pegawai tetap, masak main pecat-memecat aja sih.”

“Ya udah, nggak usah bawel! Saya paling nggak suka sama cewek yang banyak protes kayak kamu!” marah Jenan.

Arin menghela nafas dalam. Dia berusaha sabar. Ya, stok sabarnya sudah habis memang sebelum jadi pegawai tetap di situ. Apalagi kalau udah jadi? Dan jika dia benar-benar jadi sekretaris pribadi CEO, mungkin kesabarannya lebih tipis dari tisu.

“Nih.” Jenan melempar Id Card kantor itu pada Arin, dan di tangkapnya.

“Apa ini Pak?”

“Nggak bisa baca?”

Jenan langsung pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Arin melihat apa yang di berikan Jenan padanya. Begitu senangnya saat tahu bahwa itu adalah Id Card.

Extraordinary Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang