35. Cemburu?

66 9 3
                                    

Halo best....

Apa kabar? Siapa di sini yang nungguin couple Arin dan Jenan?

Siap buat baper lagi?

Atau kesel sama tingkah mereka?

*******

“Karina?”

Iya. Dia lagi, dia lagi yang datang ke kantor Jenan. Kenapa lagi? Dan—apa sebenarnya tujuan dia? Arin mundur satu langkah saat melihat Karina.

“Bu—Karina, sedang apa?” tanya Arin dengan begitu gugup saat menatapnya.

“Maksud lo? Lo pikir lo siapa? Berani tanya gitu sama gue?! Hah?!” bentak Karina.

Terkejut dong Arin. Tiba-tiba di bentak gitu. Kayak nggak di hargai sama sekali. Dia kan cuma bertanya, bukan menyalahkan.

“Heh Kar, lo bisa nggak sih nggak usah kasar! Arin itu nanya baik-baik sama lo!” marah Mahen.

“Lo kenapa belain dia sih?! Sebenarnya lo ada di pihak siapa, Hen?”

Mahen langsung maju satu langkah menghadap Karina dengan wajah emosi. “Lo tau gue kan? Gue berada di pihak yang nggak nyakitin!”

Penegasan Mahen emang nggak cukup buat Karina. Dia memang kurang tegas jika hanya di bilang seperti itu. Bahkan mungkin kata-katanya kurang memuaskan bagi Karina. Wajah Karina terlihat sangat kesal, apalagi saat melihat wajah Arin.

“Heh!” ujar Karina sambil mendorong bahu Arin dengan sangat kasar. “Lo denger ya, jangan harap lo bisa dapetin Jenan dengan mudah. Lo itu nggak lebih dari sekedar sampah yang di pungut di jalanan karena kasihan, itu elo di mata Jenan!” bentaknya.

Deg.

Arin terkejut.

Mendengar perkataan Karina yang begitu menyanyat hatinya banget. Sampah? Emang sebegitu menjijikkan Arin di mata Jenan? Mau nangis tapi nggak bisa. Dia nggak mau terlihat lemah.

“Cukup, Kar!” ulas Mahen dengan sangat emosi.

“Jenan udah pernah bilang kan sama lo, buat nggak datang lagi ke sini? Masih kurang jelas?! Harus pake bahasa apa sih biar lo ngerti?!” marahnya.

“Hen, gue itu cuma—”

“Udah! Daripada lo banyak bacot, mending sekarang lo pergi dari kantor ini. Sebelum Jenan tau, dan justru malah ngusir lo tambah kasar!”

“Enggak! Gue nggak mau pergi!”

Mahen menarik nafas. “Lo mau gue panggil security buat bantu lo keluar dari kantor ini?”

Karina pun pergi dengan perasaan marah. Dan tentunya pasti dendam.

“Rin, lo nggak papa kan?” tanya Mahen.

Arin menggeleng cepat. “Nggak papa kok, Pak. Makasih sudah nolongin saya.”

“Kalau dia gangguin lo lagi, lo bilang sama gue kalau nggak sama Haikal, kita pasti bantuin elo.”

“Iya, Pak.”

*
🌸

•Extraordinary Love•

*
🌸

“Lo itu cuma sekedar sampah yang di pungut di jalanan karena kasihan. Itu elo di mata Jenan!”

Arin berjalan sambil melamun. Dia masih terngiang-ngiang perkataan Karina. Sejahat itukah dirinya di mata Jenan? Apakah dia serendah itu juga di mata Jenan?

Extraordinary Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang