Tidak banyak yang bisa dia lakukan. Keterbatasan bumbu membuat Sabia hanya menghidangkan telur dadar kentang seadanya. Yang membuat wanita itu aneh adalah Si Pangeran Menyebalkan justru sangat menikmati. Lahap sendirian menghabiskan makanan yang dia sendiri tidak berani mencoba. Apa rasanya telur dadar tanpa garam?
O, astaga! Di rumah, setiap kali Nenek membuatkan telur dadar--apa pun tambahannya--pastilah menggunakan bumbu lengkap. Garam, merica, dan penyedap rasa adalah tiga ingredient wajib di dapur mereka. Lalu sekarang, dirinya mengemban tugas menjadi Pahlawan Dapur dengan kondisi bumbu-bumbu saja tidak lengkap? Apa yang harus dia hidangkan untuk besok, besok, dan seterusnya?
"Malam ini kau aman, Nona. Terima kasih atas masakanmu yang cukup lezat." Pria itu pergi setelah semua isi piring tandas. Tanpa basa-basi lain.
"Tampaknya, pangeran kalian itu memang terlahir menjadi pria menyebalkan dan kurang ajar." Ingin sekali Sabia melempari kepalanya dengan wajan tembikar. Barangkali membuat sedikit cedera di kepala bisa mengubah perangai buruk si anak bungsu Raja.
Hanya Razarez yang masih tinggal di dapur kotor istana. Walaupun menjadi asisten Pangeran Egan, tidak sepanjang waktu Razarez harus di sampingnya. Pria beriris zamrud itu memiliki kebebasan untuk berkeliaran selama tidak sedang bertugas di tanah perang.
"Sekali lagi, atas nama Pangeran Egan, aku meminta maaf kepadamu, Nona Sabia." Pria itu membungkuk sopan.
Sabia mengibaskan tangan di udara. "Sudahlah, Tuan. Aku bisa mengerti orang semacam itu. Lupakan saja. Aku sudah cukup lelah untuk hari ini."
"Kau bisa beristirahat, Nona. Kami sudah menyiapkan kamar untukmu. Akan ada satu pelayan pribadi yang akan membantu."
Pelayan pribadi? Wajah keruh Sabia menghilang seketika. Wah, dia betulan ada di kerajaan. Menjadi bagian penting mereka. Coba saja di dunianya. Mana bisa dia memiliki pelayan pribadi! Pendapatannya sebagai menejer sebuah butik di pinggiran kota tak seberapa.
"Apa aku sudah boleh ke kamar? Atau, kalian masih ingin makan sesuatu?" Sabia menatap satu per satu gadis berpakaian pelayan yang berbaris rapi di salah satu sisi ruangan.
"Tidak, Nona. Kami sudah cukup."
"Limora!" Panggilan Razarez membuat salah satu gadis berpakaian pelayan mendekatinya.
Gadis pelayan yang sangat cantik dengan kulit eksotis. Jika disejajarkan dengan Sabia, gadis itu masih lebih tinggi. Padahal, alas kakinya tidak ber-heels sesenti pun.
"Ya, Tuan." Gadis itu membungkuk sedikit.
Posisi Razarez, meskipun sebagai pelayan pribadi Pangeran Egan, memang lebih tinggi dari para pelayan yang mengurusi dapur istana.
"Kau akan menjadi pelayan pribadi Nona Sabia. Tolong bantu dia mengurusi segala keperluan selama di sini."
"Baik, Tuan." Dengan kedua tangan saling menumpuk dan menempel di perut, Limora kembali mengangguk. "Mari, Nona. Hamba akan antar Anda ke kamar."
Sabia mengekori langkah Limora. Keluar dari dapur istana.
"Tidak perlu buru-buru, Limora. Santai saja. Aku ingin menikmati setiap jengkal langkah saat melewati lorong-lorong panjang ini."
"Baik, Nona."
"Dan kau, kau tidak perlu seformal itu kepadaku, Limora. Jangan menggunakan kata 'hamba' untuk menunjuk dirimu saat mengobrol denganku. Gunakan kata pengganti yang lebih santai. Kau pakai namamu pun tak masalah. Telingaku justru sakit saat kau menunjuk dirimu sendiri sebagai 'hamba'. Memangnya, aku Tuhan sampai-sampai kau memakai 'hamba' untuk menunjuk diri sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitchen Doctor Season 1
Viễn tưởngSebuah portal sihir muncul di kamar Sabia Nuala setelah tujuh hari kematian sang nenek. Sesuatu menarik paksa Sabia, berputar-putar dalam lorong waktu aneh, berakhir tersungkur di aula rapat Kerajaan Vlemington. Kedatangan yang disambut sorak-sorai...