Hidangan Utama 24

1.3K 157 4
                                    

Raja Nigel mengusap-usap jenggot yang hampir memutih keseluruhan setelah mendengar penuturan putra bungsunya.

"Mereka menggunakan monster sebagai sumber kekuatan, Ayah. Sekalipun pasukan kita bisa mengatasinya, tetap saja. Mana mereka akan mencapai batas jika asupan tidak terpenuhi dengan baik. Sabia harus secepatnya bergabung di medan tempur. Menjadi koki di tanah perang."

Usai makan malam, Egan mengusulkan untuk membahas progres pasukan Hale di perbatasan Vlemington-Namba. Sejauh ini, Hale dan pasukan terbaik Vlemington masih bisa mengatasi perlawanan dari Namba. Namun, mereka mulai menemui masalah. Daya tahan para prajurit mulai bermasalah karena makanan yang mereka konsumsi semakin tidak menarik. Mereka hanya makan karena lapar.

"Melihat perkembanga dapur istana, Sabia bisa meninggalkan kerajaan untuk bergabung dengan pasukan di perbatasan. Masalahnya, apakah wanita itu mau dibawa ke medan perang?" Owen angkat suara.

Selain Raja dan Egan, rapat pun dihadiri Orlean dan Marion. Untuk sementara, mereka melakukan rapat tertutup. Biarkan hanya orang-orang dekat Raja saja yang tahu.

"Yang akan memegang dapur?"

"Si Rambut Merah kesayanganku." Owen menyahuti pertanyaan Orlean. Diimbuhi kekehan pelan. Tidak berniat sama sekali menyembunyikan ketertarikannya kepada gadis itu. Tidak peduli jika sedang berhadapan dengan sang ayah.

"Sejauh mana kemajuan Caramel di dapur?"

"Beberapa minggu belakangan, sajian makan siang selalu dikerjakan Caramel. Caramel yang mengomandoi orang-orang dapur istana. Mengawasi setiap bahan yang dieksekusi sekaligus menjadi pengecek rasa sebelum dihidangkan. Meski belum sehebat Sabia, racikan Caramel tidak kalah enak." Egan harus mengakui bahwa kemampuan Caramel berkembang pesat setelah kedatangan Sabia.

"Hamba tahu kalau Nona Sabia sangat dibutuhkan di medan tempur. Hanya saja, dalam waktu dekat, Nona Sabia merencanakan perjalanan. Beberapa hari lalu, dia mengungkapkan rencana untuk bepergian mencari bahan-bahan masakan yang barangkali belum diketahui oleh orang-orang di negeri ini." Suara Marion akhirnya terdengar.

"Perjalanan?"

Marion mengangguki pertanyaan Egan. "Dalam waktu dekat, setelah musim penghujan tiba, dia akan menjelajahi Sungai Perak."

"Sungai Perak? Berbatasan dengan Pegunungan Utara?"

"Betul, Pangeran."

"Kau sudah memilihkan siapa yang akan mengawalnya?"

"Ada beberapa yang sedang hamba pertimbangkan. Jika saja Tuan Putri tidak sedang mengandung, hamba akan meminta kesediaan Tuan Putri untuk ikut. Sayangnya, tidak bisa."

"Aku bersedia, Marion." Owen menyahut.

"Masukkan aku juga." Egan buru-buru menambahi.

"Eh? Apa tidak masalah jika dua pangeran keluar bersamaan?" Marion menatap bergantian kepada Owen dan Egan.

"Keselamatan Sabia sangat penting. Kau tidak boleh memberinya sembarang orang."

Marion tak langsung menanggapi masukan Egan. Berpikir sejenak.

"Baiklah. Pangeran Pertama dan Pangeran Kedua yang akan mengawal."

"Lagi pula, Marion. Di istana, ada aku, kau, juga Ayah. Paman Torino dan beberapa orang ahli bela diri masih pula di sini. Istana lebih dari aman kalaupun ditinggal Kakak dan Egan."

Raja Nigel mengangguk-angguk atas perkataan menantunya. Samar terulas senyum di wajah tuanya saat menatap lekat sorot mata Egan. Mengetahui dengan pasti bahwa kesediaan menemani Sabia bukan sekadar formalitas. Ada hal lain yang jauh lebih dalam, yang mungkin belum disadari putra bungsunya.

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang