Hidangan Utama 27

1.2K 142 2
                                    

Menjelang tengah hari, mereka keluar dari benteng bagian utara. Sepanjang perjalanan, Sabia bisa menyaksikan kesibukan penduduk Vlemington. Anak-anak yang berkeliaran dengan teman sebaya atau hewan peliharaan ikut meramaikan suasana. Pemilik-pemilik kedai sibuk membersihkan dan mengecat ulang agar tampilan kedai mereka semakin menarik. Umbul-umbul terpasang di sepanjang bahu jalan. Batu-batu sihir menempel di seluruh dinding rumah, toko, kedai, bahkan pohon-pohon yang berjejer di pinggiran jalan utama. Mereka sibuk mempersiapkan festival yang akan datang dalam beberapa hari.

Jika menemukan kedai dengan kudapan yang baru dilihat, Sabia akan berhenti sebentar. Sebelum keluar dari benteng, dia sempat membeli beberapa jenis kudapan untuk menemani perjalanan mereka. Pengganjal lapar sebelum jam makan siang.

Terbebas dari benteng utara, mereka disuguhi bentangan padang rumput dengan bukit-bukit kapur di kejauhan. Selintas, Sabia bisa menemukan beberapa gubuk kayu yang tersebar acak dan saling berjauhan.

"Tempat untuk bersantai sambil menunggui ternak memakan rumput." Zosia menunjuk salah satu gubuk yang tidak jauh dari mereka.

"Sepertinya, menghabiskan sore di tempat ini akan sangat menyenangkan." Sabia terbayang menjadi penggembala; Duduk di dalam gubuk sembari mengudap roti daging dan teh jahe madu; Membiarkan ternak miliknya merumput.

"Rasanya, mereka semakin lengket." Arah pandang Zosia tertuju kepada sepasang anak manusia yang mengemudikan gerobak.

"Hm?" Sabia mengikuti arah tatapan Zosia. Mendecih samar saat menemukan hal yang tidak perlu dia lihat--seharusnya.

"Aku sudah sering melihat kebersamaan mereka, tetapi rasanya untuk kali ini ... bukankah Tansy agak lebih ... hm, apa, ya?"

"Intim? Intens?" Sabia tak sabar menyerobot kelanjutan ucapan Zosia.

"Ya, ya, ya. Semacam itu."

Sabia mengangguk-angguk.

"Saat mereka berkeliaran di jalanan Vlemington, banyak kawula muda yang mengelu-elukan kedekatan Egan dan Tansy. Bahkan sampai ada yang menebar berita kalau mereka akan menjadi pasangan paling serasi jika betulan sampai menikah."

"Mungkin, dalam waktu dekat, mereka akan menikah."

"Kau juga berpikiran begitu?"

Sabia mengangguk. Ya, siapa pun yang melihat kedekatan Tansy dan Egan pasti akan berpikir yang sama dengannya. Hubungan semacam itu mana mungkin hanya sebatas kerabat. Ada yang lebih. Pasti!

Lepas melewati bentangan padang rumput, Owen mengangkat tangan. Pertanda bahwa perjalanan mereka harus berhenti.

Sabia mendongak, mencoba membaca jam matahari. Lewat tengah hari dan mereka belum mengisi perut dengan makanan yang benar. Hanya kudapan saja yang sejak tadi mengisi.

"Aku kelaparan. Sudah saatnya kita berhenti, 'kan?" Owen menoleh ke arah Sabia dan Zosia yang hanya beberapa langkah di belakang gerobak.

"Hum. Kita bisa berhenti sekarang. Aku akan menyiapkan makanan." Sabia turun dari punggung Machi.

Mereka berhenti di bawah sebuah pohon besar dengan dahan kokoh yang menjulur rata ke kanan maupun kiri. Rimbun daunnya mampu melindungi mereka dari terik. Menguar aroma segar dari daun-daun muda yang tumbuh, membuat tangan Sabia iseng memetiknya dari dahan paling bawah.

Dia tak tahu tumbuhan apa, tetapi saat mengunyah sedikit, ada rasa asam yang menyengat lidah. Dia ingat salah satu buah yang tumbuh di dunianya. Pohon buah yang seluruh batang dan daunnya juga terasa asam. Meski Sabia tak berniat menjadikannya bahan tambahan makanan mereka siang itu sekalipun tidak tampak beracun. Hidangan yang dibawanya lebih dari cukup untuk mengganjal perut lima kepala.

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang