"Kalian jadi pergi?" Vilneria berkunjung ke kamar Sabia bersama Calia.
Dari Calia pula dia tahu bahwa Sabia, Caramel, dan Limora akan izin keluar. Sudah waktunya mereka menikmati Festival Seribu Payung setelah satu pekan terperangkap di dapur istana dan jamuan makan.
Sebagian bangsawan dan tamu kerajaan telah pulang. Menyisakan Bangsawan Silas yang memang mengambil waktu liburan yang lama, selain karena permintaan putri kesayangannya. Tidak bisa menolak jika Tansy yang meminta.
"O? Kak Vinel?" Sabia menoleh sebentar demi menyambut kedatangan perempuan itu.
Selalu takjub jika melihat postur yang tidak banyak berubah padahal belum lama melahirkan. Sedikit membuatnya iri karena di mata Sabia, bobot Vilneria sangat ideal bagi kaum wanita. Tidak seperti dirinya yang harus mulai memikirkan berdiet.
"Kenapa Kakak ke sini? Bagaimana dengan Crisy?" Caramel yang sedang memilih gaun Sabia ikut bertanya.
Lepas dari menyajikan makan malam, dia malas ke kamar sendiri. Merayu Sabia agar meminjamkan gaun yang cocok mereka pakai untuk mengunjungi Festival Seribu Payung. Mandi pun di ruang mandi Sabia.
Untuk pertama kali, mereka berendam bersama. Cukup seru. Sabia bahkan mengajak Caramel agar berendam bersama lagi lain kali. Gadis itu sih setuju-setuju saja.
"Crisy sedang bersama ayahnya. Biarkan saja. Toh, bayi itu sudah menyusu sampai kembung." Vilneria bergabung dengan Caramel. "Mau kubantu pilihkan gaun yang cocok? Gaun yang langsung menarik perhatian seorang Owen Viridis."
"Eih, eih! Kau bicara apa, Tuan Putri? Kenapa malah mengaitkan kakak menyebalkanmu itu, heh?" Meski mengelak, tak dapat dipungkiri bahwa wajah Caramel menyemburat merah muda.
Sabia yang berada di depan meja rias sempat melirik. Posisi mereka tidak jauh. Perubahan rona wajah gadis itu kentara dari sepasang mata sipitnya.
Malu-malu kucing.
Mengabaikan bagaimana wajah Caramel, Vilneria mulai memilah beberapa gaun. Dari terusan sebatas lutut sampai betis. Vilneria tak tertarik merekomendasikan Caramel memakai gaun panjang. Tubuh tak seberapa gemuk milik Caramel akan cocok dengan gaun sebetis. Tambahkan aksen ikat pinggang untuk membentuk bagian perutnya yang ramping. Sementara untuk warna, Vilneria meminta Caramel mencoba terusan berwarna salmon pekat. Kulit putihnya akan semakin bersinar jika dibalut warna kain yang benderang.
"Kau mau juga kupilihkan, Sabia?" Vilneria menghentikan sebentar kesibukan saat mendapati Sabia beranjak dari kursi rias.
"Terima kasih, Kakak. Aku punya selera berpakaian sendiri."
Sabia memilih terusan panjang semata kaki. Tidak akan menyaruk tanah, tetapi berhasil melindungi kaki yang tak seberapa jenjang. Berwarna hijau sage dari bahan mengilap dengan kerah berbentuk sabrina. Lumayan mengekspos bagian leher wanita itu.
Tidak masalah. Masih cukup sopan selama belahan dadanya terlindungi. Tali selebar dua jari menjadi pemanis di kedua bahu. Terdapat aksen bunga yang menghiasi bagian perutnya yang dibentuk kerut di pinggang kanan dan kiri.
Takjub Vilneria tak disembunyikan melihat penampilan Sabia. Sederhana, tetapi elegan. Terutama hiasan pada rambut. Sebagian dia gerai, sebagian lagi dikepang dua membentuk bulatan dengan sisir logam yang ditusukkan ke kepalan kepangan. Ornamen kupu-kupu di kedua sisir menambah daya tarik tersendiri di rambut cokelat madunya.
"Kau mau tahu sesuatu, Sabia?"
Wanita itu menatap sang putri. "Apa?"
"Warna gaun yang kau pakai adalah warna kesukaan adik bungsuku." Sebuah kerling jail diberikan Vilneria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitchen Doctor Season 1
FantasySebuah portal sihir muncul di kamar Sabia Nuala setelah tujuh hari kematian sang nenek. Sesuatu menarik paksa Sabia, berputar-putar dalam lorong waktu aneh, berakhir tersungkur di aula rapat Kerajaan Vlemington. Kedatangan yang disambut sorak-sorai...