Hidangan Utama 13

1.5K 166 0
                                    

Meja makan masih belum lengkap. Menantu pertama kerajaan masih belum pulang. Setidaknya, sudah bertambah satu anggota. Owen telah bergabung setelah pengembaraan sekian hari mencari gadis berambut red coral. Beruntung karena dia berhasil menyeret gadis itu kembali ke istana.

Makan pagi yang berjalan damai meski sebetulnya menu yang dihidangkan tidak begitu mewah untuk ukuran sebuah kerajaan. Hanya sup ayam, kroket kentang yang ditambah daging cincang, serta cangkir-cangkir berisi teh beragam aroma; menyesuaikan siapa peminumnya.

Walau tampak damai, salah seorang di antara mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Sebentar-sebentar ekspresinya berubah. Terkadang memberengut. Sesekali seperti memikirkan hal berat. Berulang kali menghela napas.

"Kau kenapa, Vilneria? Ibu perhatikan, sejak tadi kau seperti tidak nyaman. Apa kandunganmu baik-baik saja?"

Vilneria menggeleng. "Aku baik-baik saja, Ibu. Kandunganku juga baik. Tabib bilang, bayinya sehat. Aku sedang memikirkan hal lain."

"Tentang?" Suara Raja Nigel menggema. "Orlean belum mengabarimu lagi?"

Vilneria kembali menggeleng. "Bukan soal Orlean, Ayah."

"Lalu?"

"Pagi tadi, aku berpapasan dengan Sabia di lorong Istana Putri." Vilneria kembali menghela napas. "Matanya bengkak, seperti semalam suntuk dia habiskan dengan menangis. Aku bel--"

Egan lebih dulu tersedak sebelum Vilneria melanjutkan. Diraihnya gelas berisi air. Dihabiskan dalam satu tenggakan.

"Bocah ini." Owen yang duduk di sampingnya mengibas-ngibas lengan. Percikan dari mulut Egan sampai ke sana. "Tidak usah buru-buru kalau makan. Jorok sekali kau."

"Maaf. Tidak sengaja."

"Mata Sabia bengkak? Mungkin, ada serangga yang menyuntikkan racunnya."

Vilneria menggeleng. Dia yakin bahwa dugaan sang ibu tidak tepat. "Tidak mungkin serangga. Sengatan serangga berbeda dengan bekas menangis. Apa dia sedang tidak baik-baik saja, ya? Saat aku mampir ke dapur kotor pun, wajahnya sedikit murung dan tidak banyak bicara. Hanya bersuara untuk mengomando para pelayan."

"Sepertinya, kau sangat dekat dengan Wanita Pahlawan."

"Dia wanita yang menyenangkan, Kak." Vilneria melanjutkan makan setelah menanggapi pertanyaan Owen. Meski perhatiannya sedikit tersita, aroma sup buatan Sabia sangat mengundang selera. Tidak bisa dibiarkan lama-lama di atas meja atau uap hangatnya cepat menguar. Sup ayam akan lebih lezat dinikmati saat masih hangat. "Dia juga dekat dengan Caramel. Kabarnya, Sabia akan menyerahkan tugas penting kepada gadis kesayanganmu itu."

"Tugas penting?" Mereka saling tatap.

"Sabia izin pergi ke perpustakaan hari ini sehingga makan siang nanti akan dikerjakan oleh Caramel. Dia ingin mencari sesuatu di perpustakaan."

"Sendirian?" Egan menyambar.

"Mungkin. Entah juga. Dia bilang, sih, bisa pergi sendiri. Sepertinya pun akan pergi sendiri. Dia tipe wanita yang tidak suka dilayani."

"Melihat Sabia mengingatkanku akan Nimia muda. Aura mereka mirip. Selain cantik, mereka sama-sama tidak suka dilayani. Selalu saja mengusir dayang-dayang agar tidak merecoki apa yang dia lakukan. Bukan begitu, Sayang?" Raja Nigel melirik perempuan seusianya yang duduk di samping kanan.

"O, hentikan, Ayah! Aku sedang malas mendengar kisah masa lalu kalian." Egan langsung menginterupsi.

Tawa Raja Nigel menggema; memenuhi setiap sudut ruang makan. Meski tak banyak orang, ruangan tersebut selalu terasa hangat. Raja dan Ratu selalu menyempatkan makan bersama dengan anak-anaknya.

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang