Zosia menatap bangga dengan kemajuan belajar wanita berambut cokelat madu itu. Belum sepuluh hari, tetapi Sabia sudah pandai mengendalikan Machi. Sudah jarang sekali terjatuh. Makin lama, keseimbangan Sabia makin baik. Setidaknya, kemampuan Sabia saat itu cukup untuk membawanya dalam perjalanan menyusuri Sungai Perak. Rute menuju Sungai Perak tidak begitu sulit. Tidak pula mendaki atau menuruni area terjal. Mereka hanya perlu melalui jalan setapak hutan dengan permukaan rata. Ya, paling-paling berlegok sedikit.
Semakin mendekati musim penghujan, langit Vlemington selalu kelihatan memerah setiap malam. Desau angin lebih menggigilkan. Serangga-serangga malam tak banyak yang berorkestra. Suasana yang cukup menyeramkan.
"Kudengar, kerabat Ratu Nimia dari Perbatasan Barat sedang berkunjung." Dengan mulut penuh, Zosia memulai perbincangan.
Sesi terakhir pertemuan mereka pada hari itu. Selalu diisi dengan menikmati teh buatan Zosia dan kudapan yang dibawa Sabia. Masih ada sisa daging ikan dari jamuan untuk Bangsawan Silas. Sabia memanfaatkannya untuk membuat kue ikan berisi telur yang dicelup ke kuah asam manis.
Kudapan yang sedikit berat, sejujurnya. Namun, Zosia tak masalah. Wanita berdandanan gipsi itu malah senang bukan main saat Sabia memperlihatkan hasil olahannya. Beraroma gurih. Mengundang liurnya segera menetes.
Sabia mengangguk usai menyesap pinggiran cangkir porselen berisi teh. Aroma kamomil memenuhi udara di sekitar mereka. Menyamankan. Merelakskan otot dan sendi di seluruh tubuh Sabia setelah seharian sibuk mengurusi beragam hidangan.
"Bangsawan Silas. Tuan Torino Silas dan anak perempuannya."
"Menginap berapa lama? Kalau yang sudah-sudah, mereka suka berdiam di istana cukup lama. Jika datang menjelang Festival Musim Hujan, berarti mereka akan di sini sepanjang festival berlangsung."
Bahu Sabia berjengit. Dia tak mencari tahu dan tidak ingin tahu. Mau berapa lama pun Bangsawan Silas di istana, rasanya, bukan urusan Sabia. O, sebetulnya, dia sedang berpikir untuk mencari tahu asal peti bingkisan yang diberikan Tuan Torino Silas kepada dapur istana. Bahan-bahan yang tidak ditemukan di Vlemington, bagaimana bisa dibawa oleh mereka? Sabia perlu tahu sumber keberadaan, toko, atau pasar mana yang menjualnya.
"Kau belum bertemu mereka?" Entah sudah potongan kue ikan keberapa yang masuk ke mulut Zosia. Dia masih belum bisa berhenti. Gurih adonan yang digoreng lalu dicelupkan ke kuah asam menghasilkan daya ledak rasa yang mengagumkan di mulut.
"Sudah saat mengantar jamuan beberapa jam lalu."
"Tidak ikut mengobrol? Kau pahlawan kerajaan, 'kan? Seharusnya, mereka tertarik mengajakmu berbincang."
"Eih!" Wanita berambut cokelat madu itu mengibaskan tangan. "Aku tidak tertarik berbincang hal-hal tidak perlu, Zosi. Mengobrol pun hanya sebatas menjawab pertanyaan Tuan Torino dan Tansy tentang hidangan yang kami sajikan. Pertanyaan mereka selesai, ya, aku kembali ke dapur."
Zosia mengangguk-angguk. Satu yang dia pelajari setelah mengenal cukup lama seorang Sabia bahwa wanita itu tidak begitu tertarik mengurusi urusan orang lain. Jika tidak berkepentingan dengannya, dia akan tega mengabaikan.
"Tansy sangat dekat dengan Egan."
"Lalu?" Sabia bertanya tanpa minat. Dia justru lebih tertarik memperhatikan lengang di kejauhan. Beberapa kali, lolongan serigala terdengar pertanda malam kian larut. Dia sudah harus pulang.
"Kau ... tidak terganggu?"
"Maksudmu?" Wanita itu terpaksa menoleh begitu mendengar intonasi Zosia yang ... bagaimana menggambarkannya? Seolah-olah kedekatan Tansy dengan Egan akan menjadi petaka baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitchen Doctor Season 1
FantasySebuah portal sihir muncul di kamar Sabia Nuala setelah tujuh hari kematian sang nenek. Sesuatu menarik paksa Sabia, berputar-putar dalam lorong waktu aneh, berakhir tersungkur di aula rapat Kerajaan Vlemington. Kedatangan yang disambut sorak-sorai...