Sabia menemukan lorong menuju kamar Vilneria ramai oleh beberapa pelayan. Menjelang tengah malam dan wanita itu baru kembali dari dapur setelah mengurusi rempah-rempah kering yang dihaluskan. Rasa penasaran mendorong Sabia untuk membelokkan langkah, masuk ke lorong kamar Vilneria.
"Apa yang terjadi?" Dia menghentikan salah satu pelayan yang membawa setumpuk kain putih beraroma lavender.
"Tuan Putri akan melahirkan, Nona."
"O, ya?" Berita mengejutkan. Pasalnya, sore tadi saat bertemu di ruang makan keluarga kerajaan, Vilneria masih tampak normal. Tidak terlihat kalau wanita itu sedang menahan sakit karena kontraksi.
"Sudah bulannya, Nona. Menurut Tabib Hwa, Tuan Putri memang akan melahirkan malam ini."
"Apakah tabib sudah di kamarnya?"
"Sudah, Nona."
"Hm ... bolehkah aku melihat kondisi Tuan Putri saat ini?"
"Boleh kalau memang Nona Sabia tidak takut darah."
Wanita itu meringis. Limora yang terpisah dua langkah di belakang Sabia pun akhirnya mendekat.
"Nona yakin ingin melihat proses melahirkan yang dijalani Tuan Putri?"
"Memangnya kenapa?"
Mereka melanjutkan langkah. Sabia dan Limora melangkah bersisian mengekori pelayan yang membawa kain.
"Kudengar, wanita yang belum menikah, sebaiknya, jangan menonton perempuan lain yang sedang melahirkan."
"Kenapa begitu?"
"Eh? Ehm ... ya, mungkin akan terbayang wajah kesakitan yang melahirkan lalu membuatnya trauma."
"Tidak berlaku kepadaku. Tenang saja."
Erang kesakitan terdengar saat mereka tiba di depan pintu kamar Vilneria. Di luar, tampak Orlean mondar-mandir. Wajahnya sangat cemas.
"Kenapa Tuan Mulery tidak menemani Kak Vinel?" sapa Sabia.
"Di Vlemington, suami yang istrinya melahirkan tidak boleh ada di ruangan yang sama. Mereka baru akan dipanggil setelah bayinya lahir." Pelayan tadi berbaik hati menerangkan.
Sabia mengangguk-angguk. "Aku saja yang temani kalau begitu."
"Di dalam sudah ada Ratu, Nona."
"O, ya? Wah, senang sekali jika ibumu ada saat kau melahirkan." Sabia salut kepada Ratu Nimia. Mau jauh-jauh ke Istana Putri saat tengah malam dengan cuaca gerimis demi menemani putri tengahnya berjuang mengeluarkan bayi.
Pelayan membuka pintu. Sabia mengekor. Limora memilih menunggu di luar. Agak tidak tega jika harus melihat Vilneria mengerang kesakitan demi mengeluarkan si bayi.
Ada satu tabib perempuan yang sedang menyiapkan Vilneria di atas ranjang. Ratu Nimia berada di samping putrinya. Menggenggam erat tangan perempuan itu. Sesekali memberi semangat. Bilang bahwa rasa sakit saat kontraksi dan mengeluarkan bayi akan terempas setelah lengking tangis bayi mereka terdengar.
Tatapan Sabia jeri saat melihat Vilneria mulai mengejan. Dia belum pernah menonton secara langsung perempuan melahirkan kendati beberapan temannya sudah ada yang pernah. Mulai merasa bahwa keputusan ikut masuk dengan pelayan tadi terasa ... salah.
"Dorong sekuat yang Tuan Putri bisa. Kepala bayinya mulai muncul." Begitu instruksi yang diberikan Tabib Hwa.
Seorang asisten beliau duduk di samping Vilneria untuk membantu mendorong perut buncit perempuan itu. Sementara di ranjang, Sabia bisa melihat darah mulai merembesi seprai; membuatnya bergidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitchen Doctor Season 1
FantasiSebuah portal sihir muncul di kamar Sabia Nuala setelah tujuh hari kematian sang nenek. Sesuatu menarik paksa Sabia, berputar-putar dalam lorong waktu aneh, berakhir tersungkur di aula rapat Kerajaan Vlemington. Kedatangan yang disambut sorak-sorai...