Hidangan Utama 17

1.4K 159 2
                                    

"Daging monster?"

Razarez mengangguk atas pertanyaan Egan.

"Kau bergurau, heh? Apa mereka tidak waras sampai-sampai memakan daging monster untuk memulihkan energi lebih cepat?"

"Itu yang saya temukan, Pangeran. Saya melihatnya sendiri. Mereka memburu monster lantas mengambil bagian tubuhnya untuk dikonsumsi para prajurit."

Egan menghela napas. Masih tidak percaya bahwa pasukan lawan bisa sejauh itu dalam mempersiapkan prajurit mereka untuk menghadapi prajurit Vlemington.

Sejak beberapa hari lalu, Egan memerintahkan Razarez untuk menyelidiki pasukan dari Namba di perbatasan timur. Meski perlawanan masih berlangsung, Egan belum merasa perlu turun tangan. Tangan kanannya, Hale Elgin, masih mampu menahan serangan mereka dengan prajurit yang dia bawa.

"Pasukan Hale memang bisa bertahan, tetapi jika lawan mereka setengah monster, tentu tidak akan baik jika berlama-lama dalam pertarungan. Terlebih, mereka tidak mencukupi asupan dengan hidangan yang enak. Memasak seadanya dan sebisanya." Egan mengusap-usap dagu sembari menatap bentangan peta di atas meja.

"Membawa Nona Sabia ke medan perang ... apakah tidak mungkin? Pasukan di lapangan lebih membutuhkan kemampuannya meracik makanan, Pangeran."

"Hm ...."

Dapur istana sudah lebih baik beberapa waktu belakangan. Selain Sabia, Caramel mulai bisa memegang kendali jika wanita itu tak ada di tempat. Membawa Sabia ke medan perang, mungkin, bisa lebih bermanfaat. Namun, apakah Raja akan mengizinkan?

"Aku harus membicarakannya dengan Ayah, Razarez. Seharusnya, tugas Sabia memang memegang kendali di medan tempur. Menjadi tukang masak untuk prajurit yang berperang." Egan menghela napas, mendongak, menatap langit-langit kamar.

"Omong-omong, Pangeran. Apa Anda sudah meminta maaf kepada Nona Sabia?"

"Minta maaf?"

"Kelakuan Anda saat Nona Sabia pertama kali datang. Dia pasti sebal dengan sikap buruk Anda yang satu itu."

"Hm ... ya, sebenarnya, akhir-akhir ini kami ... lumayan baik-baik saja."

"Ah, satu lagi. Anda tidak ... melakukan malam panas dengan Nona Sabia, 'kan?"

"Hah? Malam panas? Apa yang kau maksud, Razarez?" Sebelah alis Egan berjengit. "Kau menuduhku melakukan hal-hal yang berbahaya? Kaupikir aku pria berengsek?"

"Semoga bukan. Nona Sabia kepergok keluar dari kamarmu beberapa waktu lalu."

Egan menghela napas. Dia jelas mengingat malam itu. Namun, pria itu berani bersumpah bahwa di antara mereka tidak terjadi apa pun. Sekalipun Sabia dia bawa ke kamarnya, mereka tidur terpisah. Egan merelakan wanita mungil itu menguasai ranjang, sedangkan dirinya meringkuk di atas sofa.

Panggilan makan malam telah datang. Egan mencukupkan diskusi mereka. Raja, Ratu, dan kedua kakaknya pasti telah menunggu di ruang makan. Jangan membuat mereka terlalu lama menanti atau telinganya panas karena ceramah Ratu Nimia tentang waktu dan kedisiplinan. Egan sudah kenyang dengan topik tersebut.

***

Sabia terlalu bersemangat menyambut pembelajaran berkuda yang akan dia lakukan bersama Zosia. Lepas menghidangkan makan malam, dia bergegas meninggalkan dapur istana menuju sekretariat kerajaan untuk menemui Marion. Sabia sempat bertanya kepada Limora di sela-sela memasak terkait tempat yang harus dia sambangi untuk dimintai bantuan. Dia harus mendapatkan kuda pribadi sebelum menemui Zosia.

Sesampainya di ruang sekretariat, Sabia perlu menunggu. Pengawas pintu sekretariat perlu memberi tahu keberadaannya kepada Marion yang memang masih di dalam. Sabia tak masalah jika harus menunggu walaupun harus berdiri di tepi lorong sembari menyandar di tiang pualam yang dingin. Memasuki musim penghujan, udara yang berembus semakin dingin setiap malam. Sabia perlu memakai jubah yang agak tebal saat mengunjungi Zosia nanti.

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang