Hidangan Utama 22

1.3K 157 26
                                    

Menyeruak aroma tak asing saat separuh kesadarannya mengambil alih. Sekelumit aroma yang telah menghilang beberapa bulan belakangan. Tanpa perlu membuka mata, meski sedikit kesulitan karena perut besarnya, sebelah lengan perempuan itu mendarat kepada sosok yang telah berbaring di sampingnya sejak beberapa jam lalu.

Lewat sedikit dari tengah malam, rombongan ekspedisi pencarian emas hitam tiba di istana. Sengaja tak memberi tahu lebih dulu agar menjadi kejutan, terutama bagi Sang Putri. Saat menapaki lorong Istana Putri pun, langkahnya berjingkat dengan hati-hati agar tak membuat gaduh sehingga mengganggu tidur perempuan itu.

"Rasanya, aku mencium aroma seseorang yang sangat kucintai." Masih dengan terpejam, kepala perempuan itu merangsek ke ceruk leher lelaki di sampingnya.

"Kau sudah bangun?" Agar memudahkan perempuan itu memeluknya, dia berbaring miring. Membiarkan sedekat mungkin wajah perempuan itu dengan wajahnya. Menghirup dalam-dalam aroma rambut dan tubuhnya.

"Hidungku sangat ahli membaui kepulanganmu, Tuan Orlean." Barulah dia membuka mata. Memamerkan seulas senyum. Memberi kecup singkat di bibir kemerahan lelaki itu. "Selamat pagi."

"Selamat pagi, istriku. Meski masih terlalu pagi untukmu bangun, Sayang." Orlean membalas kecupan lembut di bibir Vilneria.

"Kau tidak merasakannya?" Vilneria membawa tangan Orlean singgah di perut. "Entah apa yang dia lakukan di dalam sana. Sejak beberapa menit lalu, pergerakannya sangat aktif. Seluruh pinggang dan punggungku sampai ngilu."

Orlean mengusap perlahan perut Vilneria yang bergelombang di sana-sini. Bergerenjul tidak jelas karena pergerakan bayi di dalammya.

"Dia tahu bahwa ayahnya sudah pulang. Dia juga sangat merindukanku, 'kan?"

"Ibunya jauh lebih merindukanmu." Sebisa mungkin, Vilneria memeluk tubuh Orlean.

Tak dipungkiri, dia sangat merindukan pria itu. Terakhir kali menatap wajahnya adalah tiga bulan lalu. Ekspedisi pencarian emas hitam memang selalu memakan waktu lama. Kalau saja tidak kadung berbadan dua, Vilneria akan ikut menemani Orlean. Melakukan perjalanan bersama selalu menyenangkan bagi mereka. Sebelum menikah, Vilneria merupakan salah satu anggota ekspedisi pencarian emas hitam. Seringnya bersama membuat mereka akhirnya jatuh cinta lantas memutuskan menikah. Vilneria sampai rela melangkahi Owen.

Pagi masih terlalu biru saat keduanya bangun. Calia pun belum menampakkan batang hidung. Waktu yang menyenangkan bagi Vilneria dan Orlean sebelum kembali sibuk mengurusi kerajaan.

"Kau sehat-sehat saja, 'kan? Kau makan dengan baik, hm?"

Vilneria yang bersandar di dada Orlean mengangguk. "Aku sehat. Tabib bilang, bayi kita juga sehat. Ya, meski akhir-akhir ini, perutku sering sekali kencang. Lumrah. Memasuki usia delapan bulan memang sering terkecoh dengan kontraksi palsu, katanya."

"Kau jangan terlalu lelah. Jangan mengurusi sesuatu dengan berlebihan. Jika bisa dialihkan kepada yang lain, alihkan dulu." Dengan lembut, tangan Orlean terus mengusapi perut Vilneria.

Pergerakan janin mereka sedikit tenang. Sambutan kepulangan sang ayah telah berakhir.

"Bagaimana ekspedisinya? Banyak tempat yang kalian temukan?"

"Sangat menggembirakan. Vlemington akan panen emas hitam."

"Aku senang mendengarnya." Vilneria mengeratkan pelukan. Dia betul-betul merindukan lelaki itu.

"Kau mau tidur lagi?"

"Tidak." Perempuan itu pelan-pelan bangkit dari ranjang. "Aku ingin melihat matahari terbit bersamamu di gazebo taman. Bersedia menemaniku, Tuan Orlean?"

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang