Hidangan Utama 26

1.2K 134 7
                                    

Dia tak jadi masuk saat mendengar kekehan renyah dari dalam. Suara dua manusia. Pria dan wanita. Entah apa yang mereka lakukan pada saat sebagian penghuni istana terlelap. Hujan yang membungkus Vlemington masih menderas. Cambukan guntur mulai terdengar dengan kilat yang merobek kegelapan langit.

Pelan langkahnya berjingkat lantas menempelkan tubuh besarnya ke dinding. Dengan status yang dia miliki, dia tak perlu sembunyi-sembunyi memperhatikan apa yang terjadi. Masuk lalu duduk. Biarkan saja apa yang mereka kerjakan. Namun, sebagian sisi perasaan mencegah langkahnya. Melarang tubuhnya untuk berada di antara dua anak manusia yang sedang asyik membuat sesuatu. Dia hanya akan memperhatikan dari luar; sisi dinding yang menyembunyikan.

"Kau hanya perlu mencairkan parafin padat lalu mencampurnya dengan minyak beraroma yang kau sukai."

"Woah! Aku baru tahu ada teknik seperti itu."

Sabia memanaskan parafin padat yang dibawa Leif. Di atas meja, berderet botol-botol berisi ekstrak minyak dari berbagai aroma, tak hanya yang dipinta Sabia tadi.

"Di duniaku, aromaterapi tidak saja berbentuk lilin. Majunya teknologi menghadirkan sesuatu yang bernama diffuser. Kau tinggal teteskan minyak-minyak aromaterapi ke dalam tabungnya. Dengan bantuan listrik, diffuser akan bekerja menguapkan minyak tersebut ke seluruh ruangan."

"Duniamu terdengar sangat hebat, Sabia."

Wanita itu mengangguk-angguk.

Di luar, seseorang yang menguping malah mengernyit. Merasa bahwa interaksi mereka terdengar sangat dekat. Bahkan, pria yang dia tahu selama ini mengurusi kebun dan taman istana hanya memanggil nama kepada wanita itu. Tanpa embel-embel Nona atau sejenisnya.

"Kita buat beberapa. Aku mau yang aroma lavender, kamomil, bergamot, cedar, dan vanila."

"Kau bisa buat aroma apa pun. Tuan Putri pasti akan suka jika kuberikan beberapa. Caramel juga. Dia sangat suka memakai wewangian."

"Bagaimana kalau kau buat banyak? Festival Hujan sebentar lagi, 'kan? Kita bisa memasarkannya untuk pengunjung yang datang dari luar Vlemington. Kalian juga bisa mengenalkannya kepada kerajaan tetangga untuk menjalin kerja sama ekonomi. Ini akan jadi produk yang populer."

"Ide bagus, Sabia. Kau cerdas!"

Sabia mengedip. Jemawa atas ide yang keluar dari kepalanya.

"Sebentar, aku cari botol atau stoples yang cantik untuk mencetak lilin-lilin itu."

Sabia sudah pernah memeriksa isi setiap lemari di dapur kotor. Ada beberapa stoples dan botol kaca berbentuk cantik yang cocok dijadikan alat cetak. Setiap botol dan stoples akan dia lapisi dengan kertas roti agar mudah dilepaskan.

Pria berambut ikal setengkuk masih memperhatikan diam-diam dari sisi dinding luar. Sesekali melongok untuk melihat apa yang mereka lakukan. Tidak ada yang aneh sepanjang satu jam dia di sana.

Dari tempatnya bersembunyi, dia bisa melihat gerak-gerik Sabia yang memeriksa beberapa lemari. Satu per satu stoples dan botol berbentuk cantik lagi unik dikeluarkan. Wanita itu sampai rela masuk setengah badan untuk menggali lebih dalam isi lemari.

"Aw!" Sabia terpekik saat jemarinya menyentuh sesuatu yang tajam.

Refleks pria itu beranjak, tetapi segera urung dan kembali bersembunyi karena Leif lebih dulu mencapai Sabia.

"Kau kenapa?"

Setengah tubuhnya kembali muncul dari mulut lemari. "Sepertinya, ada botol kaca yang pecah di dalam. Aku tidak sengaja menyentuhnya."

"Berhati-hatilah. Aku tidak tahu sudah berapa lama lemari itu tidak ditengok. Bisa jadi yang pecah adalah stoples atau botol lama."

Sabia meringis. Sayatan stoples mengenai jari manis tangan kanannya. Darah merembes cukup banyak.

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang