Hidangan Utama 32

1.2K 145 2
                                    

Caramel melongo mendapati meja dapur kotor berserakan beragam biji, helaian kulit pohon, bonggol-bonggol beragam warna dan tekstur, serta daun-daun yang tidak dia kenali. Sementara di seberang meja, wanita berambut cokelat madu itu memeluki beberapa bahan yang terhampar. Terkadang membaui bonggol-bonggol berakar. Tidak peduli masih tertempeli tanah yang sebagian sudah mengering.

Perburuan bahan dapur berakhir pada hari kelima. Meski belum menemukan semua yang dimau, apa yang mereka dapat sudah lebih dari cukup. Tidak lupa, Sabia membawa beberapa tanaman hidup yang dia serahkan kepada Leif untuk dikembangbiakkan di kebun istana. Nanti-nanti jika mereka butuh, mereka bisa tinggal ambi dari kebun. Tidak perlu lagi bertaruh nyawa dengan serigala dan anjing hutan di Pegunungan Utara.

Dapur istana lebih sibuk setelah kepulangan mereka. Selain membersihkan bahan-bahan yang didapat, sebagian akan dikeringkan agar lebih awet disimpan dalam waktu yang lama. Sama sibuknya dengan seluruh jalanan Vlemington. Dalam hitungan hari, mereka akan menyambut Festival Seribu Payung yang memang digelar rutin setiap musim penghujan.

Sekembalinya mereka dari berburu, hujan kembali menyambangi Vlemington. Seolah langit telah diatur sedemikian rupa agar hujan berhenti lebih dulu selama mereka mengadakan perburuan.

Sambil membantu Sabia menyiapkan bahan-bahan baru, Caramel menyanding buku pengetahuan yang dipinjamnya di perpustakaan. Buku-buku terkait tanaman yang telah dibawa Sabia. Meski bisa saja Sabia memberi tahu setiap nama sesuai yang dia tahu di dunia asalnya, Sabia meminta Caramel untuk mencari saja buku-buku tentang tanaman tersebut. Menyesuaikan dengan nama di Vlemington.

"Aku tidak tahu kalau perpustakaan kerajaan menyimpan buku-buku ini." Caramel menatap takjub isi buku yang dibacanya.

"Karena kau tidak pernah mencarinya." Sabia menahan tawa. Geli melihat wajah antusias Caramel. "Zosia bilang, itu buku-buku kuno. Tersimpan di ruang arsip. Tidak banyak yang mencari makanya dibiarkan sampai berdebu."

Kalau saja Sabia tidak gigih mengobrak-abrik isi perpustakaan, buku itu tak akan pernah ditemukan. Beruntung karena Zosia menjaga baik-baik apa yang ada di ruang bekerjanya.

"Aku tidak setertarik itu dengan buku." Caramel mendengkus. Kepalanya mulai berdenyut saat membaca deretan kosakata. Walaupun dia bisa membaca, tetap saja. Barisan kalimat itu lebih membuatnya mual daripada mengeksekusi hidangan yang diberikan Sabia.

Dia lebih suka memasak daripada membaca.

Ya, untuk sementara, dia harus bertahan membaca buku-buku tebal itu di sela-sela perintah Sabia yang memintanya mengeksekusi hidangan ini dan itu. Hidangan baru yang bahkan belum ada di daftar menu dari buku resep yang dibagikan si Nona Pahlawan.

***

Petang di Vlemington. Gerobak besar yang dikemudikan langsung oleh Rees memasuki gerbang istana. Seluruh pesanan Sabia telah selesai. Dia yang mengantar langsung karena ingin tahu bagaimana respons Sabia terhadap hasil kerjanya. Selain itu, Rees ingin meminta Sabia mencoba langsung agar jika tidak sesuai keinginan, dia bisa segera memperbaiki.

Mendengar Rees berada di istana, Sabia menyerahkan urusan merajang beragam akar bumbu kepada Caramel. Langkahnya tergesa. Ingin segera melihat hasil pekerjaan salah satu pengrajin perabotan terbaik di Vlemington. Rees berada di ruangan khusus tamu. Ada Marion yang lebih dulu menemani.

"Hai, Nona." Senyum lebar pemuda itu menyambut kedatangan wanita berambut cokelat madu--yang tergelung rapi dengan menyisakan beberapa helai membingkai pelipis kanan dan kiri.

"Rees!" Sabia melonjak gembira melihat kembali pemuda itu.

Sepulang dari berburu di Sungai Perak, Sabia belum punya waktu mengunjungi panti asuhan Nyonya Madeline. Meski kabar-kabar terbaru tentang mereka selalu dia dapat dari Limora. Sabia memang meminta Limora untuk--sesekali--mengirimkan bahan atau bumbu baru ke rumah mereka sebagai ganti dirinya yang sibuk.

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang