Hidangan Utama 12

1.7K 172 0
                                    

Sabia menatap malas peta kecil yang dibawakan Limora usai perjamuan makan malam. Mereka masih bertahan di dapur walau sebagian besar pelayan perempuan telah kabur ke kamar masing-masing. Meski lelah, sepasang mata wanita itu belum mengantuk. Belum karena ada hal yang sedang dia pikirkan.

Limora setia menunggui. Duduk di seberang meja sembari memperhatikan beragam ekspresi wanita itu. Terkadang memberengut. Terkadang mengernyit. Lebih sering menghela napas. Entah apa yang sedang dipikirkan kepala berambut cokelat madu itu.

Lama mereka hanya berdua sampai kemudian ada yang bergabung. Wanita beraroma vanila dan pelayan pribadinya. Hanya dengan menghirup parfum yang dia pakai, Sabia langsung tahu siapa yang datang. Perempuan berperut buncit dengan rambut cokelat gelap yang panjangnya sepunggung. Perempuan yang sangat mirip dengan Si Ikal Menyebalkan--dia jadi ikutan Caramel.

"Kau masih di sini?"

Limora gegas bangkit. Merasa tidak sopan jika ikut duduk satu meja dengan putri kerajaan.

"Tetaplah di tempatmu, Limora. Aku tidak menyuruhmu pindah, 'kan?"  Vilneria tersenyum ramah. "Kau juga, Cal. Duduklah di samping Limora. Sudah kuminta kau beristirahat, tetap saja kau mengekori."

"Mereka sangat loyal."

"Kau benar, Sabi. Sulit sekali menyuruh mereka memberi waktu untuk diri sendiri. Aku sudah besar. Tidak perlu dijaga 24 jam."

"Sementara Tuan Orlean belum kembali, saya harus memastikan bahwa Tuan Putri selalu baik-baik saja. Tuan Orlean sudah memperingatkan saya." Calia menjelaskan setelah membungkuk sebentar.

"Aha, ternyata permintaan berlebihan dari suamiku itu, ya? Benar-benar merepotkan."

Sabia baru sadar. Dia belum pernah sekalipun bertemu dengan suami Vilneria. Setiap menyajikan hidangan di ruang makan keluarga, Sabia hanya menemukan Raja, Ratu, dua pangeran yang menyebalkan, dan Vilneria.

"Pantas saja aku belum pernah melihat suamimu, Kak Vil. Ke mana dia pergi? Seharusnya, dia lebih banyak di istana. Kandunganmu sudah besar. Bagaimana kalau sewaktu-waktu melahirkan?"

Vilneria tertawa mendengar ocehan wanita berambut cokelat madu di sampingnya. "Jangan khawatir, Sabi! Aku tidak akan melahirkan dalam waktu dekat. Masih tujuh bulan. Selama aku tidak kelelahan, bayi ini akan lahir sesuai jadwal. Dan, ya, suamiku sedang melakukan tugasnya sebagai kepala pertambangan."

"Wow! Kepala pertambangan?" Sabia seketika tertarik.

Bahkan, di negeri antah berantah itu pun ada yang namanya pertambangan. Lalu, kenapa tidak ada garam? Ah, benar. Mereka tentu tak mengenal garam. Jangankan bisa tahu wujud garam, bentuk laut pun, mungkin, tidak familiar.

Kerajaan Vlemington berada di tengah-tengah benua. Diapit oleh beberapa negara yang sama besarnya, seperti Namba, Valutra, Coroz, dan Alburma. Tidak semua kerajaan tetangga bisa dilewati untuk kemudian mendatangi laut yang berbatasan dengan mereka.

Taruhlah Namba. Kerajaan yang sedang berselisih dengan Vlemington itu memang memiliki pantai yang menjadi perbatasan dengan benua lainnya. Kerajaan yang sebetulnya paling dekat dengan Vlemington. Perbatasan mereka hanya hutan hujan. Sangat mudah dijangkau. Berbeda dengan Coroz ataupun Alburma. Perbatasan Vlemington dengan mereka merupakan kawasan paling berbahaya, penuh monster, dan entah apa lagi yang akan mengancam nyawa.

"Suamiku, Orlean Mulery, adalah keturunan Bangsawan Mulery. Sejak dulu, Bangsawan Mulery memang dipercaya sebagai pihak yang pandai menentukan lokasi bahan-bahan tambang di kerak daratan Vlemington. Mereka akan berkeliling kerajaan, menyambangi wilayah-wilayah yang bahkan tak terjangkau manusia, untuk menemukan sumber tambang baru. Salah satu hal yang menggerakkan roda perekonomian Vlemington adalah kualitas barang tambang yang sangat baik. Lebih baik dari barang-barang yang dihasilkan oleh Alburma dan Valutra."

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang