Hidangan Utama 18

1.4K 168 6
                                    

Sepasang mata Zosia yang sudah bulat semakin membulat saat Sabia membuka tutup keranjang rotan. Di dalamnya, bulatan-bulatan beraroma manis berbaris rapi. Permukaan yang mengilat saat tertimpa cahaya batu sihir membuat wanita bergaya gipsi itu meneguk ludah. Belum pernah Zosia menemukan kudapan seperti yang dibawa Sabia.

"Sesuai kesepakatan. Aku membawakan sesuatu untukmu sebagai imbalan karena kau mau mengajariku berkuda."

"Itu apa? Aromanya familiar, tetapi aku baru melihat kudapan semacam itu."

"Apel goreng." Sabia menyeringai lebar.

Mereka duduk di undakan rumah batu milik Zosia. Menyenangkan berada di kediaman Zosia. Meski tidak mewah, rumah wanita itu cukup besar jika hanya dihuni sendirian. Memiliki halaman yang sangat luas dengan beragam tanaman bunga dan pohon buah. Di bagian belakang, terdapat lapangan berumput yang akan mereka gunakan untuk berlatih berkuda.

Zosia menghidangkan racikan teh beraroma segar sekaligus wangi. Saat menghidu dalam-dalam uap yang meruap, Sabia menemukan aroma yang tidak asing. Menyegarkan sekaligus dingin. Sangat cocok menemani malam yang cukup berangin di Vlemington.

"Tehnya enak sekali, Zosi." Kerongkongan Sabia terasa segar.

"Aku menambahkan beberap helai Daun Dingin. Kau tidak merasakan sesuatu menyengati kerongkonganmu saat meminumnya?"

"Daun Dingin?"

Zosia mengangguk; beranjak menghampiri sudut kanan teras di mana deretan pot-pot kecil berada. Zosia membawa satu pot tanah ke hadapan Sabia. "Daun Dingin. Sejenis rumpun yang daunnya bisa kaupakai untuk campuran minuman maupun makanan."

Sabia memperhatikan baik-baik helai daun yang dibawa Zosia. Berukuran kecil. Riuh merimbun dengan batang-batang berwarna kemerahan. Mengingatkan Sabia dengan pohon mint yang neneknya pelihara.

Ah, benar. Daun mint. Jadi, mereka menyebutnya sebagai Daun Dingin? Pantas saja aku merasakan sensasi menyegarkan saat meminum teh buatan Zosia.

"Aku baru kali ini memakannya." Zosia mengacung-acungkan apel goreng berlumur madu. "Bahkan di daratan Vlemington, belum ada yang membuat kudapan berbahan apel dengan cara yang kaulakukan, Sabia."

"Nenekku sering membuatnya. Hanya menggunakan tepung basah, tepung kering, lalu digoreng. Selesai digoreng, kami biasa menambahkan dengan gula halus. Berhubung tidak ada gula halus di sini, aku gunakan madu sebagai penambah rasa. Ternyata, sama-sama enak."

"Kalau ada toko yang menjualnya, kurasa banyak anak-anak yang mau membeli. Ah, benar. Sebentar lagi, musim panen apel, jeruk, dan stroberi. Bagaimana kalau kita buka toko kudapan? Hidangan baru bisa menggeliatkan roda ekonomi. Tidak lama lagi pun akan ada Festival Musim Hujan. Benteng akan dibuka untuk pengunjung dari kerajaan-kerajaan tetangga. Mereka pasti akan tertarik untuk menikmati kudapan buatanmu, Sabia."

"Ada berapa banyak toko kudapan di sekitar Vlemington?"

Zosia menatap langit-langit teras untuk berpikir. Mencari-cari ingatan telah berapa banyak kedai kudapan yang dia kunjungi. "Rasanya ... belum terlalu banyak."

"Zosi, ini akan menjadi agenda untuk Vlemington. Aku sudah merencanakan untuk membuat ekonomi Vlemington lebih hidup lewat masakan. Tidak hanya kudapan, tetapi jenis lainnya. Hanya saja, masih banyak bahan yang belum kutemukan yang biasanya kugunakan sebagai pelengkap masakan di dapur dunia kami." Sabia menopang wajah dengan kedua telapak tangan; menatapi rembulan yang gompal hampir separuh. "Itulah yang membuatku mengagendakan perjalanan. Aku harus menemukan bahan-bahan yang kubutuhkan. Aku yakin, bahan-bahan itu tersembunyi di tempat-tempat yang selama ini tidak terjangkau."

Kitchen Doctor Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang